Mohon tunggu...
Tesalonika Hasugian
Tesalonika Hasugian Mohon Tunggu... Penulis - Host Foodie

Menyelami komunikasi pada bidang multidisipliner.

Selanjutnya

Tutup

Beauty Pilihan

Tergoda Beli Skincare Baru, Padahal yang Lama Belum Habis?

4 Januari 2025   08:25 Diperbarui: 4 Januari 2025   08:25 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Skincare (Sumber: Unsplash/Christin Hume

Pernah nggak sih Anda merasa excited beli skincare baru, padahal yang lama masih penuh di rak? 

Apa yang sebenarnya mendorong kita untuk terus menambah koleksi skincare, bahkan sebelum yang ada habis?

Fenomena ini bukan hal yang asing. Di era digital seperti sekarang, godaan untuk berbelanja semakin besar.

Mulai dari promosi di media sosial hingga ulasan influencer, semuanya berkontribusi pada kebiasaan impulsif kita.

Tren Skincare Sekarang Lagi di Masa Minimalis atau Maksimalis?

Tren skincare belakangan ini terbagi menjadi dua kubu besar: minimalis dan maksimalis. 

Di satu sisi, banyak yang mengadopsi konsep skinimalism, yaitu fokus pada produk esensial seperti cleanser, moisturizer, dan sunscreen saja. 

Mereka percaya bahwa rutinitas sederhana bisa meminimalkan risiko iritasi dan menjaga kesehatan kulit secara alami.

Namun, di sisi lain, 10-step Korean skincare routine tetap populer, terutama di kalangan pencinta self-care. 

Dengan banyaknya produk viral seperti serum multifungsi, sheet mask unik, atau essence berbahan eksotis seperti snail mucin, godaan untuk mencoba produk baru semakin besar. 

Kedua tren ini mencerminkan kebutuhan berbeda. 

Skinimalism mengejar efisiensi, sedangkan yang maksimalis menikmati proses skincare yang lebih kompleks untuk relaksasi dan hasil maksimal.

Alasan Beli Produk Skincare Yang Baru, Bagaimana dengan Anda?

Di tengah tren skincare yang terus berkembang, kita sering dihadapkan pada dua pilihan: menjadi tim minimalis dengan rutinitas sederhana atau tim maksimalis yang menikmati berbagai langkah perawatan.

Mengapa ini terjadi? Apakah kita tergoda oleh janji hasil instan atau sekadar ingin ikut tren? 

Terlepas dari pendekatan skincare yang kita pilih, kebiasaan ini sering kali dipengaruhi oleh berbagai faktor emosional dan eksternal.

1. Godaan Packaging dan Diskon

Alasan utama mengapa kita sering membeli produk skincare baru karena kita tergoda oleh desain kemasan produk yang menarik perhatian dengan warna-warna yang menawan dan tampilan estetik.

Kemasan yang memikat itu bisa membuat kita memutuskan untuk membeli tanpa benar-benar mempertimbangkan apakah produk tersebut dibutuhkan. 

Ditambah dengan berbagai diskon atau promo eksklusif, rasanya seperti kesempatan yang sayang untuk dilewatkan.

2. FOMO (Fear of Missing Out)

Sering kali satu atau dua kerabat atau bahkan influencer yang kita ikuti, membicarakan produk baru yang dianggap "ajaib" dan mampu memberikan manfaat luar biasa bagi kesehatan kulit.

Sementara itu, media sosial dan platform e-commerce dipenuhi ulasan positif, sehingga kita pun merasa tertarik untuk mencoba.

Fenomena ini memunculkan rasa takut ketinggalan tren atau FOMO, yang membuat kita merasa harus mengikuti apa yang tengah populer. Padahal, kulit kita sebenarnya belum tentu membutuhkan produk tersebut.

Kulit cerah, bebas jerawat, atau glowing alami sering dijadikan target utama dalam memilih skincare. 

Ketika produk yang sedang kita gunakan terasa lambat memberikan hasil, kita cenderung mencari alternatif baru yang tampaknya menjanjikan hasil instan. 

Padahal, skincare membutuhkan konsistensi, bukan hanya sekadar pergantian produk.  

4. Kesenangan dari Hobi Belanja

Tidak bisa dipungkiri, belanja sering kali jadi cara untuk merasa lebih baik. 

Menurut survei Populix, hanya 3% responden yang membeli produk perawatan kulit (skincare) melalui media sosial. 

Sebagian besar yakni 57%, lebih memilih e-commerce sebagai platform utama untuk berbelanja skincare. 

Sementara itu, 18% responden masih setia membeli produk skincare di toko fisik seperti minimarket, supermarket, atau hypermarket.

Saat merasa stres atau bosan, kebiasaan berbelanja sering dijadikan pelarian untuk mencari hiburan. 

Salah satunya adalah membeli produk skincare sebagai bentuk self-reward, dengan harapan dapat memberikan kepuasan instan dan sedikit rasa bahagia.

Bahkan jika akhirnya produk itu hanya tergeletak di meja rias, proses belanja itu sendiri sudah memberikan "kebahagiaan sementara." 

Membeli skincare baru memang menyenangkan, tetapi ada baiknya kita lebih bijak dalam melakukannya. 

Sebelum menambah koleksi, coba tanyakan pada diri sendiri: apakah ini kebutuhan, atau sekadar keinginan? 

Evaluasi apa yang sudah ada, pahami kebutuhan kulit, dan ingat bahwa hasil terbaik datang dari konsistensi.  

Merawat kulit bukan soal memiliki banyak produk, tetapi tentang mengenali apa yang paling dibutuhkan oleh kulitmu. 

Jangan hanya jadi kolektor skincare, jadilah pengguna yang cerdas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Beauty Selengkapnya
Lihat Beauty Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun