Sering kali satu atau dua kerabat atau bahkan influencer yang kita ikuti, membicarakan produk baru yang dianggap "ajaib" dan mampu memberikan manfaat luar biasa bagi kesehatan kulit.
Sementara itu, media sosial dan platform e-commerce dipenuhi ulasan positif, sehingga kita pun merasa tertarik untuk mencoba.
Fenomena ini memunculkan rasa takut ketinggalan tren atau FOMO, yang membuat kita merasa harus mengikuti apa yang tengah populer. Padahal, kulit kita sebenarnya belum tentu membutuhkan produk tersebut.
Kulit cerah, bebas jerawat, atau glowing alami sering dijadikan target utama dalam memilih skincare.Â
Ketika produk yang sedang kita gunakan terasa lambat memberikan hasil, kita cenderung mencari alternatif baru yang tampaknya menjanjikan hasil instan.Â
Padahal, skincare membutuhkan konsistensi, bukan hanya sekadar pergantian produk. Â
4. Kesenangan dari Hobi Belanja
Tidak bisa dipungkiri, belanja sering kali jadi cara untuk merasa lebih baik.Â
Menurut survei Populix, hanya 3% responden yang membeli produk perawatan kulit (skincare) melalui media sosial.Â
Sebagian besar yakni 57%, lebih memilih e-commerce sebagai platform utama untuk berbelanja skincare.Â
Sementara itu, 18% responden masih setia membeli produk skincare di toko fisik seperti minimarket, supermarket, atau hypermarket.