4. Mempersiapkan Tahun Baru dengan Hati yang Sederhana
Buat resolusi yang tidak hanya berfokus pada kesuksesan duniawi, tetapi juga pada pertumbuhan iman, pelayanan kepada sesama, dan pengelolaan hidup yang lebih baik.
Kisah kelahiran Yesus dalam Lukas 2:1-10 mengajarkan bahwa sukacita sejati tidak datang dari hal-hal duniawi, tetapi dari kehadiran Allah dalam hidup kita. Para gembala yang sederhana, yang mungkin dianggap tidak penting oleh masyarakat, justru menjadi saksi pertama atas kelahiran Sang Juru Selamat.
Hal ini mengingatkan kita bahwa Allah memanggil setiap orang, tidak peduli seberapa kecil atau sederhana mereka. Dalam kesederhanaan, kita bisa menemukan kedamaian, kebahagiaan, dan kasih Allah.
Menutup Tahun dengan Hidup yang Makin Disukai Allah & Sesama
Agar semakin disukai Allah, kita perlu belajar untuk rendah hati, taat kepada perintah-Nya, dan melayani sesama.Â
Dalam 1 Petrus 5:6, tertulis, "Rendahkanlah dirimu di bawah tangan Tuhan yang kuat, supaya kamu ditinggikan-Nya pada waktunya."Â
Dengan bersikap rendah hati, kita tidak hanya menyenangkan Allah, tetapi juga membawa berkat bagi orang-orang di sekitar kita.
Untuk disukai sesama, kasih dan perhatian yang tulus adalah kuncinya. Seperti yang diajarkan Yesus, kita dipanggil untuk mengasihi sesama seperti diri sendiri (Matius 22:39). Sikap peduli, empati, dan mau berbagi akan membuka hati banyak orang, bahkan dalam situasi sulit sekalipun.
Natal dan akhir tahun bukan tentang kemewahan atau kesibukan, tetapi tentang meneladani Yesus dalam kesederhanaan dan pelayanan. Dengan rendah hati, taat kepada Allah, dan berbagi kasih dengan sesama, kita tidak hanya merayakan kelahiran Kristus, tetapi juga menutup tahun dengan penuh makna.
Mari kita jadikan Minggu Natal dan pergantian tahun ini sebagai momen refleksi. Dengan hati yang tulus dan sederhana, kita dapat semakin disukai oleh Allah dan membawa sukacita bagi sesama.Â