Bagaimana memaknai akhir tahun yang sederhana?Â
Bagi sebagian orang, ini adalah waktu untuk merayakan keberhasilan, menikmati liburan, atau menyusun resolusi baru.Â
Namun, di tengah semua itu, apakah kita sudah benar-benar memahami esensi dari momen ini? Apakah akhir tahun hanya tentang kemeriahan atau adakah nilai lebih mendalam yang bisa kita temukan dalam kesederhanaan?
Kesederhanaan adalah salah satu pesan utama dalam peristiwa kelahiran Yesus Kristus. Dia, Raja di atas segala raja, lahir di kandang domba yang sederhana.Â
Dalam Lukas 2:1-10, malaikat Tuhan mengabarkan berita kelahiran-Nya kepada para gembala, bukan kepada para raja atau orang kaya.Â
Peristiwa ini mengajarkan bahwa Allah tidak melihat kemewahan, tetapi hati yang rendah hati dan tulus.
Minggu Natal dalam periode akhir tahun menjadi momen untuk merenungkan kembali: apakah kita sudah meneladani Yesus dalam menjalani hidup yang sederhana dan rendah hati? Apakah kita sudah melayani sesama dengan kasih tanpa pamrih, sekaligus mengevaluasi hidup kita selama setahun terakhir?
Belajar dari Tuhan Yesus: Rendah Hati untuk Melayani
Yesus menunjukkan bahwa kebesaran sejati tidak terletak pada kekayaan atau status, melainkan pada kerendahan hati dan pelayanan. Dia mencuci kaki para murid-Nya, memberi makan orang-orang yang lapar, dan menyembuhkan mereka yang sakit tanpa meminta imbalan. Sebagai pengikut-Nya, kita dipanggil untuk meniru teladan ini.
Dalam kehidupan sehari-hari, melayani tidak selalu berarti melakukan hal-hal besar. Terkadang, sekadar memberikan waktu untuk mendengarkan seseorang yang sedang kesulitan atau membantu tetangga dengan pekerjaan rumah tangga adalah bentuk pelayanan yang disukai Allah.