Mohon tunggu...
Tesalonika Hasugian
Tesalonika Hasugian Mohon Tunggu... Penulis - Host Foodie

Menyelami komunikasi pada bidang multidisipliner.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Esensi di Balik Perayaan Boxing Day

26 Desember 2024   03:00 Diperbarui: 26 Desember 2024   12:28 295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Memberi Hadiah (Sumber: Unsplash/Nathan Lemon)

Apa sebenarnya yang kita rayakan setiap tanggal 26 Desember?

Apakah Boxing Day hanya sekadar hari belanja besar-besaran? Ataukah ada makna lain yang terselip di balik tradisi ini?

Berawal dari Inggris pada abad ke-19, Boxing Day merupakan momen berbagi. Dulunya dikenal sebagai waktu bagi para bangsawan untuk memberikan kotak hadiah kepada pelayan dan pekerja sebagai bentuk apresiasi atas kerja keras mereka sepanjang tahun. 

Tradisi ini tidak hanya simbolis, tetapi juga sarat akan nilai-nilai Kristiani tentang kepedulian dan tanggung jawab sosial.

Namun, seiring berjalannya waktu, makna Boxing Day berubah. Dari pemberian hadiah, kini lebih dikenal sebagai ajang berburu diskon besar-besaran yang mirip dengan Black Friday di Amerika Serikat. 

Pusat perbelanjaan menjadi lautan manusia, sementara esensi tentang berbagi seringkali tergeser oleh hiruk-pikuk konsumsi. 

Tapi, apakah ini yang seharusnya menjadi inti dari Boxing Day?

Akar Tradisi Boxing Day

Boxing Day pertama kali muncul di Inggris pada abad ke-19, saat era pemerintahan Ratu Victoria. Nama "Boxing Day" berasal dari tradisi memberikan kotak hadiah kepada para pelayan dan pekerja sebagai bentuk penghargaan atas kerja keras mereka sepanjang tahun.

Hadiah-hadiah ini tidak hanya berupa barang atau uang, tetapi juga menyertai satu hari libur penuh untuk para pelayan, sehingga mereka dapat merayakan Natal bersama keluarga mereka. Tradisi ini mencerminkan nilai-nilai mendalam tentang tanggung jawab moral para bangsawan untuk memastikan kesejahteraan mereka yang melayani.

Seiring waktu, Boxing Day meluas ke masyarakat umum dan diadopsi oleh berbagai negara persemakmuran, seperti Kanada, Australia, dan Selandia Baru. 

Hari ini bahkan dijadikan sebagai hari libur nasional, dengan masing-masing negara memiliki cara unik untuk merayakannya.

Evolusi Boxing Day Modern

Jika dulu Boxing Day erat kaitannya dengan nilai spiritual dan berbagi, kini lebih dikenal sebagai momen belanja besar-besaran. Banyak toko menawarkan diskon besar-besaran dan orang-orang berbondong-bondong ke pusat perbelanjaan untuk berburu barang murah.

Tradisi belanja pada Boxing Day mirip dengan Black Friday di Amerika Serikat. Pusat perbelanjaan menjadi lautan manusia, semua berlomba mendapatkan penawaran terbaik. 

Meski menggiurkan, hal ini memunculkan refleksi penting: apakah kita memberi untuk berbagi kebahagiaan atau sekadar memuaskan hasrat pribadi?

Boxing Day dan Hiburan: Sepak Bola hingga Balapan Kuda

Boxing Day tidak hanya tentang belanja; di Inggris, hari ini juga dikenal sebagai momen pertandingan sepak bola yang sangat dinanti. Tim-tim liga Inggris saling bertanding, menghadirkan duel sengit yang menjadi hiburan utama bagi para penggemar olahraga. Selain itu, ada pula tradisi balapan kuda yang menambah keseruan Boxing Day di Inggris.

Sementara itu, di negara-negara seperti Australia dan Selandia Baru, Boxing Day sering dirayakan dengan acara sosial seperti pesta pantai atau pertandingan olahraga lokal. Di Kanada, hari ini lebih difokuskan pada kebersamaan keluarga, menjadikannya hari libur yang sarat kehangatan.

Kembali ke Esensi: Nilai Berbagi dan Kebersamaan

Meski tradisi Boxing Day telah berevolusi, esensi utamanya tetap relevan. Hari ini mengingatkan kita untuk kembali ke nilai-nilai dasar: berbagi rezeki, menghargai orang lain, dan menikmati kebersamaan.

Boxing Day bukan hanya tentang kotak hadiah atau diskon besar-besaran, tetapi tentang bagaimana kita menghargai mereka yang sering terlupakan, baik itu pelayan, pekerja, atau bahkan orang-orang terdekat dalam hidup kita.

Refleksi: Apa yang Bisa Kita Pelajari?

Boxing Day bukanlah tentang hadiah atau kotak penuh kejutan, tetapi juga memiliki akar yang jauh lebih mendalam. Tradisi ini mencerminkan nilai-nilai Kristiani tentang berbagi dan memperhatikan mereka yang membutuhkan, khususnya di masa perayaan Natal yang penuh sukacita. 

Pada masa lalu, para bangsawan Inggris memandangnya sebagai tanggung jawab moral untuk memastikan kesejahteraan para pelayan.

Sebagai bentuk penghargaan, para pelayan diberikan hadiah yang disimpan dalam kotak khusus, bersama dengan satu hari libur sebagai waktu istirahat. 

Hari ini menjadi istimewa karena para pelayan akhirnya dapat menikmati Natal bersama keluarga mereka setelah bekerja keras untuk mempersiapkan perayaan megah bagi keluarga kerajaan.

Seiring waktu, tradisi Boxing Day menyebar dari kalangan bangsawan ke seluruh masyarakat Inggris. Hari ini juga diadopsi oleh negara-negara persemakmuran, seperti Kanada, Australia, dan Selandia Baru, yang kemudian menjadikannya hari libur nasional dengan sentuhan tradisi masing-masing. 

Dari pesta pantai hingga acara amal, Boxing Day telah bertransformasi menjadi perayaan universal yang merayakan kebersamaan, kehangatan, dan semangat memberi.

Namun, di balik evolusinya, Boxing Day tetap mengingatkan kita pada akar pertumbuhan iman: keberanian untuk berbagi, mengulurkan tangan kepada mereka yang membutuhkan, dan merayakan kebersamaan dengan orang-orang di sekitar kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun