Boxing Day bukan hanya tentang kotak hadiah atau diskon besar-besaran, tetapi tentang bagaimana kita menghargai mereka yang sering terlupakan, baik itu pelayan, pekerja, atau bahkan orang-orang terdekat dalam hidup kita.
Refleksi: Apa yang Bisa Kita Pelajari?
Boxing Day bukanlah tentang hadiah atau kotak penuh kejutan, tetapi juga memiliki akar yang jauh lebih mendalam. Tradisi ini mencerminkan nilai-nilai Kristiani tentang berbagi dan memperhatikan mereka yang membutuhkan, khususnya di masa perayaan Natal yang penuh sukacita.Â
Pada masa lalu, para bangsawan Inggris memandangnya sebagai tanggung jawab moral untuk memastikan kesejahteraan para pelayan.
Sebagai bentuk penghargaan, para pelayan diberikan hadiah yang disimpan dalam kotak khusus, bersama dengan satu hari libur sebagai waktu istirahat.Â
Hari ini menjadi istimewa karena para pelayan akhirnya dapat menikmati Natal bersama keluarga mereka setelah bekerja keras untuk mempersiapkan perayaan megah bagi keluarga kerajaan.
Seiring waktu, tradisi Boxing Day menyebar dari kalangan bangsawan ke seluruh masyarakat Inggris. Hari ini juga diadopsi oleh negara-negara persemakmuran, seperti Kanada, Australia, dan Selandia Baru, yang kemudian menjadikannya hari libur nasional dengan sentuhan tradisi masing-masing.Â
Dari pesta pantai hingga acara amal, Boxing Day telah bertransformasi menjadi perayaan universal yang merayakan kebersamaan, kehangatan, dan semangat memberi.
Namun, di balik evolusinya, Boxing Day tetap mengingatkan kita pada akar pertumbuhan iman: keberanian untuk berbagi, mengulurkan tangan kepada mereka yang membutuhkan, dan merayakan kebersamaan dengan orang-orang di sekitar kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H