Mohon tunggu...
Tesalonika Hasugian
Tesalonika Hasugian Mohon Tunggu... Penulis - Host Foodie

Menyelami komunikasi pada bidang multidisipliner.

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Bagaimana Bisa Kenaikan PPn 12% Dikenakan pada Buku Bacaan?

19 Desember 2024   19:34 Diperbarui: 19 Desember 2024   20:16 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dampak PPN pada Buku (Sumber: Unsplash/Christin Hume)

Terbatasnya Akses Pengetahuan: Membaca buku non-fiksi sering kali menjadi cara utama untuk memperluas wawasan. Jika akses ini terhambat, akan ada efek domino terhadap kualitas pendidikan dan kecerdasan bangsa.

  • Berubahnya Pola Konsumsi Budaya: Masyarakat akan lebih mengandalkan hiburan instan daripada pembelajaran mendalam yang ditawarkan oleh buku. Apalagi akhir-akhir ini, toko buku juga sudah banyak yang tutup Gerai. Seperti contoh, Gramedia. Tanda-tanda bisa dilihat dari seberapa seringnya mereka mengadakan flash sale.

  • Seruan untuk Pemangku Jabatan

    Halo, para pemangku jabatan. Halo, Pak Menteri Kebudayaan. Halo, Pak Menteri Pendidikan. Apakah tidak ada niat memperjuangkan buku untuk bisa lebih murah? Membaca bukan hanya soal pendidikan formal, tetapi juga bagian dari kebudayaan dan hiburan yang sehat. Jika negara lain bisa membebaskan pajak buku, kenapa kita tidak bisa?

    Mungkin ini saatnya untuk memikirkan kebijakan yang lebih pro-buku. Misalnya:

    • Penghapusan Pajak Buku Bacaan: Buku bacaan umum, termasuk novel dan buku non-fiksi, seharusnya mendapatkan pengecualian pajak seperti buku pendidikan dan agama.

    • Subsidi Penerbitan Buku: Memberikan dukungan kepada penerbit untuk menjaga harga buku tetap terjangkau.

    • Kampanye Nasional Literasi: Menggerakkan masyarakat untuk kembali membaca, didukung oleh kebijakan yang membuat buku lebih mudah diakses.

    Membaca bukanlah kemewahan, tetapi kebutuhan. Jika buku semakin mahal, kita tidak hanya kehilangan pembaca, tetapi juga kehilangan masa depan yang lebih cerdas dan penuh wawasan. Jangan sampai kita menjadi bangsa yang lebih akrab dengan drama streaming daripada isi buku. Mari dukung literasi untuk generasi yang lebih baik.

    Kalau bukan sekarang, kapan lagi?

    Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

    HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    3. 3
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Book Selengkapnya
    Lihat Book Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
    LAPORKAN KONTEN
    Alasan
    Laporkan Konten
    Laporkan Akun