Ketergantungan pada AI dapat membuat kita kehilangan kemampuan untuk berpikir secara mandiri. Sebagai contoh laporan dari UNESA. Penggunaan aplikasi berbasis AI yang memberikan jawaban instan dapat mengakibatkan mahasiswa kurang terdorong untuk mendalami proses analisis atau mempertanyakan sumber informasi. Akibatnya, kemampuan berpikir kritis dalam mengevaluasi keakuratan dan relevansi data dapat menurun, padahal keterampilan ini sangat penting untuk memahami kompleksitas masalah konseling dan merancang intervensi yang tepat.Â
Sebaliknya, kebiasaan membaca buku menciptakan landasan pengetahuan yang lebih kuat yang tidak hanya membantu individu, tetapi juga memberikan kontribusi pada masyarakat yang lebih berpengetahuan.
Kesimpulan: Siapakah yang Terhebat?
Membaca buku dan bergantung pada AI sebenarnya tidak perlu dipertentangkan. Keduanya punya peran masing-masing. Membaca buku membangun fondasi berpikir kritis, kreativitas, dan wawasan jangka panjang. Sementara itu, AI adalah alat yang hebat untuk membantu kita menyelesaikan tugas dengan cepat.
Namun, jika berbicara tentang siapa yang lebih hebat dalam melatih cara berpikir kritis, buku tetap menjadi pemenangnya. Jadi, jangan tinggalkan buku, ya! Mari gunakan AI sebagai pelengkap, bukan pengganti.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H