Mohon tunggu...
Tesalonika Hasugian
Tesalonika Hasugian Mohon Tunggu... Penulis - Host Foodie

Menyelami komunikasi pada bidang multidisipliner.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Survei UNESCO: 2/3 Influencer Abaikan Verifikasi Fakta?

4 Desember 2024   12:00 Diperbarui: 4 Desember 2024   12:10 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masa seorang influencer enggak ngecek fakta dulu sebelum posting? Mau cari sensasi publik atau gimana? Haha.

Di dunia media sosial, influencer memiliki peran besar dalam membentuk opini publik. 

Namun, sebuah riset terbaru dari UNESCO mengungkapkan fakta yang amat mengejutkan. Ternyata sebagian besar influencer dan kreator konten di media sosial tidak memeriksa kebenaran informasi terlebih dahulu sebelum membagikan postingan mereka. 

Hasil survei ini menunjukkan bahwa enam dari sepuluh influencer tidak melakukan verifikasi fakta sebelum mengunggah konten. Survei yang melibatkan 500 influencer dari 45 negara ini juga menunjukkan bahwa dua pertiga dari mereka tidak memeriksa akurasi informasi yang mereka bagikan. Lebih lanjut, sebagian besar kreator juga cenderung tidak menggunakan sumber yang kredibel, seperti dokumen resmi atau situs web terpercaya, sebagai referensi dalam konten mereka.

Sebagian besar pekerjaan influencer itu kerap kali berhubungan dengan informasi berupa fakta, opini, atau berita terkini dengan jutaan pengikut mereka tanpa memeriksa keakuratan fakta terlebih dahulu. Hasilnya, berita palsu atau misinformasi dapat menyebar lebih cepat daripada yang kita bayangkan. Meskipun niat mereka mungkin untuk memberikan hiburan atau informasi tanpa verifikasi, informasi yang salah bisa sangat berbahaya.

Lalu, apa yang bisa dilakukan untuk mengatasi masalah ini? Apakah influencer hanya perlu fokus pada popularitas dan engagement, atau mereka juga harus bertanggung jawab atas dampak yang ditimbulkan dari apa yang mereka bagikan?

Di era digital saat ini, media sosial menjadi sumber utama informasi bagi banyak orang. Sayangnya, tidak semua informasi yang dibagikan di platform tersebut dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Ini membawa dampak besar, baik bagi audiens maupun masyarakat luas.

Dampak Negatif Bagi Audiens dan Masyarakat

Informasi yang salah dapat memiliki dampak yang jauh lebih besar daripada yang kita bayangkan. Ketika seorang influencer membagikan berita atau klaim tanpa verifikasi, audiens mereka (yang mungkin mengandalkan informasi tersebut) dapat terpengaruh. Dalam beberapa kasus, ini bisa memperburuk situasi yang sedang berlangsung, seperti memicu ketakutan, mispersepsi, atau bahkan menyebabkan tindakan yang salah.

Contohnya, misinformasi tentang kesehatan atau politik yang tersebar luas bisa menyesatkan masyarakat dan mengarah pada keputusan yang merugikan. Selain itu, opini publik yang terbentuk berdasarkan informasi palsu bisa merusak kualitas diskursus umum dan menciptakan polarisasi yang lebih dalam di masyarakat. Ini jelas menjadi tantangan besar, karena opini yang terbentuk dari informasi yang salah dapat memengaruhi kebijakan atau tindakan banyak orang.

Tanggung Jawab Influencer dalam Mengedukasi Audiens

Para influencer memiliki tanggung jawab untuk tidak sekadar hanya menghibur atau berbagi konten yang menarik, tetapi juga untuk mendidik audiens mereka. Salah satu cara terbaik untuk melakukannya adalah dengan jangan malas untuk periksa fakta dan kebenarannya sebelum posting ke media sosial. Tidak sekadar hanya mencari viralitas agar produk jualannya laku atau ludes habis.

Sebagai figur publik yang memiliki pengaruh besar, tanggung jawab tersebut tidak bisa dianggap remeh. Pekerjaannya kurang lebih sama seperti seorang jurnalis, memastikan informasi yang mereka sebarkan sudah terverifikasi kebenarannya.

Untuk mengatasi masalah ini, UNESCO, bekerja sama dengan Knight Center for Journalism in the Americas dari Universitas Texas, telah meluncurkan kursus daring gratis dengan tema "how to be a trusted voice online" untuk membantu meningkatkan literasi media di kalangan kreator konten.

Laporan tersebut menekankan bahwa kurangnya evaluasi kritis terhadap informasi menunjukkan betapa pentingnya peningkatan keterampilan literasi informasi media di kalangan para kreator konten.

Berperan Positif untuk Masyarakat yang Lebih Cerdas

Di era yang semakin terhubung dengan media sosial, tanggung jawab influencer untuk menyebarkan informasi yang akurat dan kredibel semakin besar. Misinformasi dapat merusak opini publik, menciptakan kebingungan, dan bahkan memicu ketegangan di masyarakat. Oleh karena itu, sudah saatnya para influencer tidak hanya berpikir tentang popularitas atau engagement, tetapi juga tentang dampak yang bisa mereka berikan kepada masyarakat.

Melalui verifikasi fakta yang lebih ketat, penggunaan sumber yang terpercaya, dan kesediaan untuk memperbaiki kesalahan, influencer dapat menjadi agen perubahan yang membawa dampak positif bagi audiens mereka. Dengan cara ini, mereka tidak hanya menjadi pembuat konten, tetapi juga edukator yang mengedepankan literasi media di tengah banjir informasi yang ada saat ini.

1. Peran Influencer dalam Meningkatkan Literasi Media

Influencer yang lebih cerdas dapat menjadi agen perubahan dengan memperkenalkan audiens mereka pada pentingnya verifikasi informasi. Dengan mendalami sumber yang terpercaya dan menghindari penyebaran informasi yang belum terverifikasi, mereka bisa meningkatkan kualitas diskursus publik dan memberikan edukasi kepada pengikut mereka untuk lebih kritis terhadap informasi yang mereka konsumsi.

2. Menyaring Informasi Sebelum Disebarkan

Penting bagi influencer untuk menjadi filter informasi yang tidak hanya mengandalkan popularitas atau klik, tetapi juga mengutamakan akurasi. Mereka dapat melakukan riset sederhana atau menggunakan sumber-sumber yang kredibel sebelum memposting konten. Misalnya, merujuk pada dokumen resmi, sumber berita terverifikasi, atau ahli di bidang terkait untuk memastikan informasi yang dibagikan sesuai fakta. Tidak melulu soal jualan yang terkesan clickbait.

3. Menggunakan Pengaruh untuk Mengedukasi Audiens

Influencer dapat memanfaatkan platform mereka untuk memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang literasi digital. Mereka bisa membuat konten yang mengedukasi audiens mengenai pentingnya memverifikasi informasi dan menggunakan platform media sosial secara bijak. Dengan cara ini, mereka berkontribusi tidak hanya sebagai penghibur atau trendsetter, tetapi juga sebagai penggerak perubahan positif dalam masyarakat.

4. Menjadi Contoh dalam Praktik Etika Digital

Dengan menjadi influencer yang mengedepankan etika digital, mereka tidak hanya memperhatikan kualitas informasi yang mereka bagikan, tetapi juga memperhatikan dampaknya terhadap audiens. Mengedepankan empati dan tanggung jawab sosial dapat menciptakan lingkungan yang lebih sehat di dunia maya.

5. Kolaborasi dengan Ahli atau Sumber Terpercaya

Influencer yang lebih cerdas dapat berkolaborasi dengan ahli, institusi pendidikan, atau bahkan lembaga pemerintah untuk membuat konten yang menyajikan fakta yang sudah diverifikasi. Ini akan membantu meningkatkan kredibilitas mereka sekaligus mendekatkan mereka dengan audiens yang menghargai kualitas konten daripada sekadar popularitas.

Menjadi influencer yang cerdas berarti tidak hanya mengandalkan popularitas, tetapi juga mengedepankan integritas dan akurasi informasi. Dengan memverifikasi fakta, para konten kreator dapat berkontribusi pada terciptanya ruang digital yang lebih sehat. Ini bukan ngomongin soal membangun pengaruh, tetapi juga membangun kepercayaan.

Kepercayaanlah yang bisa bertahan lebih lama daripada tren sesaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun