Mohon tunggu...
Tesalonika Hasugian
Tesalonika Hasugian Mohon Tunggu... Penulis - Host Foodie

Menyelami komunikasi pada bidang multidisipliner.

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence Pilihan

Nasib 7,5 Juta Pengangguran, Akankah AI Menjadi Solusinya?

4 Desember 2024   08:00 Diperbarui: 4 Desember 2024   08:17 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mencari Pekerjaan (Sumber: Unsplash/The Jopwell Collection)

Kecerdasan buatan (AI) telah membawa perubahan besar pada dunia kerja, termasuk di sektor-sektor kreatif di Indonesia. Teknologi ini memungkinkan otomatisasi berbagai tugas yang sebelumnya membutuhkan sentuhan manusia.

Pekerjaan kreatif, seperti desain grafis, penulisan konten, atau produksi musik, kini menghadapi tantangan dari AI yang mampu menghasilkan karya dengan cepat dan efisien. Contohnya, platform desain otomatis atau alat pengeditan video berbasis AI dapat mengambil alih sebagian proses yang biasanya dikerjakan oleh profesional kreatif. 

Meskipun membantu efisiensi, kehadiran AI ini memunculkan kekhawatiran tentang pengurangan kebutuhan tenaga kerja manusia di bidang-bidang yang berorientasi pada kreativitas.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), pada Agustus 2024, angka pengangguran terbuka di Indonesia mencapai 7,47 juta orang, atau sekitar 4,91 persen dari total angkatan kerja. Berdasarkan hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas), jumlah angkatan kerja meningkat sebanyak 4,40 juta orang menjadi 152,11 juta dibandingkan tahun sebelumnya pada Agustus 2023.

Kenaikan ini menunjukkan semakin ketatnya persaingan untuk mendapatkan pekerjaan, namun realitanya, tidak sedikit yang akhirnya terjebak dalam ketidakpastian nasib. Di tengah kondisi ini, tantangan baru muncul dengan kehadiran AI yang semakin mengubah lanskap sektor pekerjaan.

 Teknologi ini mampu mengambil alih tugas-tugas yang sebelumnya memerlukan keahlian manusia, seperti analisis data, penulisan dasar, hingga pembuatan desain visual. Persaingan bukan hanya antar sesama pencari kerja, tetapi juga melawan efisiensi dan kemampuan teknologi yang terus berkembang.

Akankah AI memperbanyak persentase orang pengangguran?

Menurut survei Forum Ekonomi Dunia (World Economic Forum/WEF), diperkirakan sekitar 83 juta pekerjaan di seluruh dunia akan hilang dalam lima tahun ke depan. Hilangnya pekerjaan ini disebabkan oleh perubahan signifikan dalam pasar tenaga kerja, yang dipicu oleh adopsi teknologi seperti kecerdasan buatan (AI) dan ChatGPT.

Menurut berita CNN,  laporan tersebut memproyeksikan bahwa penurunan pasar tenaga kerja akan paling signifikan di dua sektor utama. Sektor pertama adalah rantai pasok dan transportasi. Sementara sektor kedua mencakup media, hiburan, dan olahraga. 

Temuan ini disampaikan dalam laporan terbaru WEF berjudul Future of Jobs 2023, yang berdasarkan survei terhadap 803 perusahaan dengan total 11,3 juta pekerja di 27 sektor industri di 45 negara.

"Apakah kita akan menjadi generasi yang kalah oleh mesin atau justru memanfaatkan AI untuk unggul dalam personal branding?"

Dengan semakin berkembangnya teknologi kecerdasan buatan (AI), banyak pekerjaan yang terancam hilang atau tergantikan.  Bisa saja pekerja di Indonesia semakin banyak yang di-PHK akibat "regenerasi" AI ini. 

Namun, bukan berarti kita harus pasrah untuk menghadapi ancaman si AI. Justru, ini adalah salah satu momen yang tepat untuk meng-upgrade skill yang baru dan relevan. Bayangin saja, sudah banyak lowongan pekerjaan yang berhubungan dengan era digitalisasi dan tidak semuanya AI bisa kerjakan. 

Berikut beberapa langkah konkret untuk kamu untuk tetap bisa eksis di tengah gempuran AI yang begitu cepat.

1. Peningkatan Keterampilan: Upskilling dan Reskilling

Di tengah pesatnya perkembangan teknologi, keterampilan yang dibutuhkan di dunia kerja juga terus berubah. Oleh karena itu, peningkatan keterampilan (upskilling) dan pembelajaran keterampilan baru (reskilling) menjadi kunci utama bagi kamu. Pekerja yang dapat mengembangkan keterampilan teknis atau kreatif yang terkait dengan teknologi akan lebih siap bersaing di pasar kerja.

Sebagai contoh, pekerja di sektor kreatif bisa mulai belajar tentang desain grafis berbasis AI, pengeditan video otomatis, atau analisis data kreatif. Sedangkan bagi mereka yang bekerja di sektor lain, keterampilan seperti manajemen data, pengembangan perangkat lunak, atau penggunaan alat berbasis AI pasti akan sangat dibutuhkan.

Solusi:

  • Mendaftar di kursus online untuk belajar keterampilan digital, seperti platform Coursera, MySkill, atau Google Skillshop
  • Mengikuti webinar atau workshop terkait teknologi terbaru di industri masing-masing.
  • Memanfaatkan pelatihan kompetensi yang berfokus pada keterampilan digital yang disediakan oleh perusahaan atau pemerintah.

2. Pentingnya Literasi Teknologi

Di dunia yang semakin dipengaruhi oleh teknologi, literasi teknologi pun menjadi keterampilan yang tak kalah penting. Literasi teknologi bukan hanya soal memahami perangkat keras atau perangkat lunak, tetapi juga kemampuan untuk menggunakan teknologi secara efektif dalam kehidupan sehari-hari dan di tempat kerja.

Keterampilan ini akan membantu pekerja untuk lebih adaptif terhadap perubahan yang dibawa oleh AI. Misalnya, memahami cara kerja AI dan bagaimana mengintegrasikannya dengan proses bisnis atau pekerjaan kreatif mereka. Pekerja yang memiliki pemahaman dasar tentang AI, machine learning, dan otomatisasi akan lebih siap untuk berkolaborasi dengan teknologi dan memanfaatkannya sebagai alat bantu.

Solusi:

  • Mengikuti kursus dasar tentang AI, machine learning, atau teknologi yang relevan.
  • Membaca buku atau artikel yang membahas dampak teknologi di dunia kerja.
  • Mencari mentor atau bergabung dengan komunitas AI yang membantu meningkatkan pemahaman tentang tren terkini.

3. Peran Pemerintah dan Institusi Pendidikan

Selain peran individu, pemerintah dan institusi pendidikan juga memiliki tanggung jawab besar dalam mempersiapkan tenaga kerja untuk menghadapi era AI. Pemerintah perlu menyediakan pelatihan dan program pendidikan yang dapat membantu masyarakat memahami dan menguasai keterampilan yang dibutuhkan di dunia digital. Hal ini dapat dilakukan melalui berbagai inisiatif, seperti program sertifikasi digital, kolaborasi dengan perusahaan teknologi, atau bahkan pengembangan kurikulum yang lebih fokus pada keterampilan abad ke-21.

Di sisi lain, institusi pendidikan juga harus menyesuaikan kurikulum mereka untuk mempersiapkan generasi muda agar siap dengan tantangan teknologi yang ada. Pendidikan berbasis STEM (Science, Technology, Engineering, and Mathematics) yang lebih mendalam, serta pelatihan yang memadukan teori dan praktik, akan memberikan siswa keterampilan yang dibutuhkan untuk bersaing di pasar kerja global yang semakin kompetitif.

Solusi:

  • Pemerintah harus meningkatkan anggaran untuk pelatihan keterampilan digital bagi pekerja yang terancam terkena dampak otomatisasi.
  • Institusi pendidikan perlu mengadopsi kurikulum yang lebih fokus pada keterampilan teknologi, seperti coding, AI, dan pengembangan aplikasi.
  • Perusahaan dan universitas bisa menjalin kemitraan untuk menyediakan pelatihan langsung yang bisa diterapkan di dunia kerja.

4. Mengadopsi Pola Pikir Fleksibel

Terakhir, untuk bertahan di dunia kerja yang penuh ketidakpastian ini, pola pikir yang fleksibel dan adaptif sangat diperlukan. Pekerja harus mampu melihat AI dan otomatisasi sebagai peluang untuk meningkatkan kualitas pekerjaan mereka, bukan sebagai ancaman. 

Alih-alih semisalnya pekerjaan kamu rawan bisa tergantikan oleh teknologi, kamu harus memikirkan bagaimana AI dapat digunakan untuk meningkatkan efisiensi dan kreativitas dalam pekerjaan mereka.

Menyongsong Masa Depan dengan Keyakinan

Menghadapi dampak AI terhadap dunia kerja, setiap individu harus mempersiapkan diri dengan keterampilan yang relevan dan memiliki pola pikir yang adaptif. Peningkatan keterampilan digital, pemahaman tentang teknologi, serta peran aktif pemerintah dan pendidikan dalam menyiapkan tenaga kerja untuk era digital akan membantu masyarakat tetap relevan dan produktif di masa depan. 

Dengan langkah-langkah konkret ini kita tidak hanya akan bertahan, tetapi juga tidak menjadi manusia yang tertinggal di tengah revolusi teknologi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun