Mohon tunggu...
Astuhariani
Astuhariani Mohon Tunggu... Petani - Damai itu indah

berpikir, berucap dan bertindak negatif itu menguras energi seseorang 99 kali lebih besar dibanding berpikir, berucap dan bertindak positif

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Passampo Siri

21 Desember 2016   21:47 Diperbarui: 21 Desember 2016   22:00 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Tak terasa aku sampai dirumah, semua sudah terpasang, lawasoji sudah berdiri kokoh di depan rumah, sarapopun sudah jadi disamping, semua sudah terpasang lamming sudah nangkring sambil melambai seakan menyambut kedatanganku mengucapkan selamat datang pahlawanku.

Di samping mobil yang kutumpangi berdiri bapak dengan wajah mendungnya, aku tidak tahan melihatnya segera aku menghambur ke pelukan bapak.

“Pueng aja'na tomasara (tidah usah bersedih Bapak), aku tidak akan biarkan keluarga menanggung malu, aku siap menjadi pengganti daekku tarona mancaji passampo siri” bisikku memeluk bapakku

“Tongengka (benarkah) nak, terimakasih” bapak memelukku erat

Kemudian bapak menggandengku ke kamar ibu, ibu kelihatan lemah sekali matanya bengkak. Aku kasihan sekali melihat ibu. Aku segera memeluknya.

“Emma, ajana tamasara (Mama tidah usah bersedih) tidak akan kubiarkan keluarga kita menggung malu aku... “belum selesai ucapanku ibu memelukku. Entah kekuatan darimana dia segera bangun dan seperti sembuh seketika.

“Sekarang kamu mandi Nak, besok itu resepsinya bentar malam acara mappacci, pueng mau di pesta nanti anakku yang cantik kelihatan maccayya, bapak sudah mengutus orang ke rumah puang Bassi mengatakan besok pestanya tetap diselenggarakan” kata bapak dengan ceria.

Pernikahanku berjalan dengan lancar semua nampak berbahagia dan akupun berusaha untuk ikut larut dalam kebahagiaan tersebut. Aku cuma berdoa semoga kebahagiaan ini tidak cepat berlalu aku berharap semoga jodohku ini adalah jodoh pilihan Allah terhadapku.

“Assalamualaikum”

Aku terkejut ternyata tadi aku melamun hingga tidak sadar pengantin pria sudah berdiri di depan pintu kamar, aku malu-malu mencuri pandang dan tiba-tiba pandangan kami bertemu. Rasanya tidak percaya benarkah yang aku lihat sekarang pengantin pria yang menjadi suamiku itu adalah kahar pacarku. Kami sama-sama tersenyum ada kegelian dihati kami, mungkin inilah jalan kami untuk bersatu dan inilah hikmah menuruti kehendak orang tua, akhirnya aku betul-betul bahagia.

Terima kasih ya Allah, kau telah mempersatukan kami, terima kasih kak Tenri semoga suatu saat nanti kita bisa berkumpul lagi dan aku akan berusaha agar kakak bisa diterima kembali di keluarga besar kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun