Menjaga hubungan baik antar anggota keluarga yang tinggal berdekatan sangatlah penting. Tidak saja dengan mereka yang tinggal serumah, termasuk juga dengan mereka yang tinggal sebagai tetangga dalam satu lingkungan tempat tinggal kita. Kehidupan sosial kita bukan hanya dipengaruhi oleh interaksi di dalam keluarga, tetapi juga dalam lingkungan yang lebih luas, seperti tetangga, sesame pengurus RT, PKK, dasa wisma, serta pengurus masjid. Semua ini membentuk ekosistem sosial yang saling terkait, di mana hubungan harmonis antar anggotanya akan menciptakan kedamaian dan kebersamaan.
Sering kali, ketika kita tinggal berdekatan dengan seseorang, baik itu keluarga maupun tetangga, kita lebih mudah melihat kekurangan atau hal-hal yang tidak sesuai dengan harapan. Hal-hal kecil seperti perbedaan kebiasaan, pandangan hidup, atau cara berinteraksi bisa menjadi fokus perhatian negatif. Akibatnya, kita cenderung mengabaikan banyaknya kebaikan yang telah dilakukan oleh orang tersebut, dan malah memusatkan perhatian pada sedikit kesalahan atau kekurangan.
Dalam hubungan antar tetangga atau pengurus lingkungan, seperti pengurus RT, PKK, dasa wisma, maupun pengurus masjid, sering kali tantangan yang dihadapi serupa dengan yang ada dalam keluarga. Pepatah Jawa “cedak mambu telek, adoh mambu sekar” juga relevan dalam konteks ini. Saat tinggal berdekatan, kita sering kali hanya melihat kesalahan atau kekurangan, tetapi ketika berjauhan, justru kebaikan yang lebih menonjol. Maka dari itu, penting untuk selalu mengingat kebaikan yang telah dilakukan oleh sesama dan tidak hanya terpaku pada kekurangannya.
Misalnya, dalam kehidupan bertetangga, kita mungkin terganggu oleh kebiasaan kecil tetangga yang menurut kita kurang menyenangkan. Namun, kita sering melupakan bahwa tetangga tersebut mungkin telah banyak membantu kita di masa lalu, seperti saat acara gotong royong, membantu ketika kita membutuhkan, atau bahkan sekadar bersikap ramah. Begitu juga dalam organisasi seperti PKK atau pengurus masjid, perbedaan pendapat dalam pengambilan keputusan seharusnya tidak membuat kita melupakan komitmen dan kerja keras orang-orang tersebut dalam menjalankan tugas-tugas mereka.
Islam sangat menganjurkan untuk menjaga hubungan baik, tidak hanya dengan keluarga, tetapi juga dengan tetangga dan komunitas sekitar. Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda:
"Barangsiapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir, maka hendaklah ia memuliakan tetangganya." (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadits ini menekankan betapa pentingnya memuliakan dan menjaga hubungan baik dengan tetangga. Tetangga adalah orang yang paling dekat dengan kita dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka memiliki peran besar dalam menciptakan lingkungan yang harmonis.
Selain itu, dalam Al-Qur'an, Allah SWT juga berfirman:
"Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil, dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri." (QS. An-Nisa: 36)
Ayat ini menjelaskan bahwa hubungan baik tidak hanya terbatas pada keluarga, tetapi juga meluas kepada tetangga, baik yang dekat maupun yang jauh. Berbuat baik kepada tetangga adalah bentuk ibadah dan manifestasi dari iman kepada Allah SWT.
Dalam lingkungan yang lebih luas, seperti organisasi masyarakat (pengurus RT, PKK, dasa wisma, pengurus masjid, dan sebagainya), kerja sama dan komunikasi yang baik sangat diperlukan. Perbedaan pendapat atau cara pandang dalam menyelesaikan masalah pasti ada, tetapi perbedaan ini tidak seharusnya memecah persatuan. Justru, perbedaan bisa menjadi kekuatan jika dikelola dengan bijak dan saling menghormati.
Kunci dari hubungan yang harmonis adalah komunikasi yang terbuka dan saling menghargai kontribusi masing-masing pihak. Setiap orang di dalam organisasi masyarakat pasti memiliki niat baik untuk berkontribusi bagi lingkungan. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk selalu memberikan apresiasi atas kebaikan yang mereka lakukan, meskipun mungkin ada beberapa hal yang tidak sesuai dengan ekspektasi kita.
Kehidupan sosial di tingkat RT atau RW, serta dalam komunitas keagamaan, sangat bergantung pada kebersamaan dan gotong royong. Hubungan baik antar warga adalah fondasi dari kerukunan dan keamanan lingkungan. Jika hubungan antar tetangga harmonis, maka suasana di lingkungan tersebut akan menjadi lebih nyaman, aman, dan penuh dengan kekeluargaan.
Dalam konteks ini, gotong royong menjadi salah satu nilai luhur yang harus terus dipertahankan. Melalui gotong royong, kita belajar untuk saling membantu dan menguatkan satu sama lain. Tidak hanya saat ada acara besar atau musibah, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari, gotong royong bisa diwujudkan dalam berbagai bentuk kepedulian dan solidaritas.
Menjaga hubungan baik, baik antar anggota keluarga maupun dengan tetangga dan komunitas sekitar, adalah kunci untuk menciptakan kehidupan yang harmonis dan penuh keberkahan. Meski tantangan pasti ada, kita harus selalu berusaha fokus pada kebaikan dan saling memahami. Baik dalam keluarga maupun dalam masyarakat, hubungan yang baik akan membawa kebahagiaan, kenyamanan, dan kerukunan bagi semua pihak. Sebagaimana pepatah Jawa mengingatkan kita, "cedak mambu telek, adoh mambu sekar" (Dekat Bau Kotoran, Jauh Wangi Bunga), penting bagi kita untuk selalu melihat kebaikan dalam setiap interaksi, agar hubungan antar manusia selalu terjaga dengan baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H