Mohon tunggu...
Terry Sie
Terry Sie Mohon Tunggu... -

Male

Selanjutnya

Tutup

Politik

Fakta Jungkir Balik SBY dan Jokowi

23 Agustus 2013   06:55 Diperbarui: 24 Juni 2015   08:56 627
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Banyak ahli yang mengatakan bahwa Sistem Tata Negara kita perlu diubah. Hal ini terlihat dari Sistem Presidensial yang kita anut, membuat banyak kepentingan menyelubungi lingkaran Presiden. Lihat saja bagaimana Presiden membagi porsi antara Para Menteri dari kalangan Partai Politik dan Profesional hampir sama besar. Istilah Politik Dagang Sapi pun menyeruak.

Presiden SBY, dinilai tidak bisa lepas dari keinginan dari Partai Politik yang mengusungnya, dan ini juga dikuatkan lagi, bahwa Presiden harus didukung secara politik di DPR RI agar suaranya terjaga. Presiden bahkan membentuk Partai Koalisi Pemerintah, yang terdiri dari Demokrat, Golkar, PPP, PKS, PAN dan PKB untuk mengamankan kebijakan Pemerintah.

Mungkin ingatan kita perlu disegarkan lagi, bahwa Pak Presiden SBY menang melalui Pemilu 2009 dengan komposisi sebagai berikut:

Megawati-Prabowo

26,79%

SBY-Boediono

60,80%

JK-Wiranto

12,41%

Sekarang kita lihat lagi profil DPR RI hasil Pemilu 2009:

Partai Hati Nurani Rakyat

3.77%

Partai Gerakan Indonesia Raya

4.46%

Partai Keadilan Sejahtera

7.88%

Partai Amanat Nasional

6.01%

Partai Kebangkitan Bangsa

4.94%

Partai Golongan Karya

14.45%

Partai Persatuan Pembangunan

5.32%

Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan

14.03%

Partai Demokrat

20.85%

Sekilas, nampaknya teori mengenai Politik Dagang Sapi ada benarnya...
Walaupun Presiden dipilih rakyat dan memenangkan Pemilu 2009 dengan HANYA 1 putaran serta menang MEYAKINKAN, Presiden tetap harus menjaga koalisi dan berjaga jaga agar Kekuatan Pemerintah di Parlemen tidak dirongrong.

Partai Koalisi Pemerintah pun dibuat. Dengan menggabungkan Partai Koalisi Pemerintah, didapatlah suara 59.45%, dan kita pun dibuat "percaya" dengan teori tersebut.

Hingga waktu pun berlalu dan kita tersadar dengan angka angka berikut ini.

Inilah Profil DPRD Provinsi DKI Jakarta Priode 2009-2014 berjumlah 94 Orang Anggota  terdiri dari:

Fraksi Partai Demokrat 32 Orang Anggota

Fraksi Partai Keadilan Sejahtera  18 Orang Anggota

Fraksi Partai Demokrasi Perjuangan 11 Orang Anggota

Fraksi partai Golongan Karya 7 Orang Anggota

Fraksi Partai Persatuan Pembangunan 7 Orang Anggota

Fraksi Gerakan Indonesia Raya 6 Orang Anggota

Sementara itu Fraksi Gabungan  DPRD DKI Jakarta sebagai berikut:

Fraksi Hanura Damai Sejahtera 8 orang Anggota

Fraksi Pan dan PKB 5 orang anggota.

Sedangkan Jokowi dan Ahok, menang di Putaran Kedua Pilkada DKI dengan 53,82%. Jokohok sendiri apakah menguasai Parlemen di DPRD DKI Jakarta??? Tentu tidak, dengan PDIP dan Gerindra yang dijumlahkan anggotanya, maka praktis Jokohok hanya didukung oleh 11 + 6 = 17 Anggota DPRD DKI atau setara dengan 18.08%.

Setelah melihat angka angka ini, tentunya terbit di benak kita:

1. Apakah teori bahwa Politik Dagang Sapi memang harus ada di Indonesia?

2. Apakah ada yang salah dengan Sistem Ketatanegaraan Kita?

3. Ataukah ada yang salah dengan pikiran dan mental pemimpin kita?
Silahkan menjawab dengan hati nurani...

Ayo Rakyat Indonesia, gunakan Suara Anda di Pemilu Legislatif April 2014 dan Pemilu Presiden Juni 2014. Pilihlah sesuai dengan hati nurani dan TANPA mengabaikan SEJARAH Negeri kita... Sudah saat nya kita maju.

Jangan sampai kejadian ini terulang kembali. Berikut adalah Korelasi antara Harga BBM dan Utang Indonesia

2005: Rp 1.810 naik jadi Rp 2.400
2005: Rp 2.400 naik jadi Rp 4.500
2008: Rp 4.500 naik jadi Rp 6.000
2008: Rp 6.000 turun ke Rp 5.500
2008: Rp 5.500 turun ke Rp 5.000
2009: Rp 5.000 turun ke Rp 4.500

Tahun 2000: Rp 1.234,28 triliun
Tahun 2001: Rp 1.273,18 triliun

Tahun 2002: Rp 1.225,15 triliun

Tahun 2003: Rp 1.232,5 triliun

Tahun 2004: Rp 1.299,5 triliun

Tahun 2005: Rp 1.313,5 triliun

Tahun 2006: Rp 1.302,16 triliun

Tahun 2007: Rp 1.389,41 triliun

Tahun 2008: Rp 1.636,74 triliun

Tahun 2009: Rp 1.590,66 triliun

Tahun 2010: Rp 1.676,15 triliun

Tahun 2011: Rp 1.803,49 triliun

Tahun 2012: Rp 1.975,42 triliun

April 2013: Rp 2.023,72 triliun

Menyedihkan...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun