2. “Government spending” akan meningkat sekitar 1,1% dibanding tahun sebelumnya:
-Untuk sektor infrastruktur, kesehatan dan bantuan sosial mulai berjalan.
-Pembelian yang dilakukan pemerintah akan mendorong pertumbuhan sektor swasta
3. Ekspor akan meningkat 4,7% dibandingkan tahun 2015.
4.Kenaikan upah Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan buruh swasta, dimana sebagaian upah dipakai untuk kebutuhan sehari hari, akan menyebabkan konsumsi meningkat.
Keempat faktor di atas, pastinya mendorong aktifitas ekonomi ke arah positif secara keseluruhan, sehingga target pertumbuhan APBN akan terlampaui. Tidak berhenti di tahun 2016, tapi, pertumbuhan di atas 5% diperkirakan akan berlangsung terus sampai tahun 2019.
Jangan Terlalu Gembira
Meskipun pertumbuhan ekonomi cukup “menjanjikan,” tim ekonomi presiden Jokowi sebaiknya tidak lengah dan terlalu gembira. Karena ada dua hal yang bisa “merusak” prediksi ini.
Pertama, berdasarkan pengalaman tahun 2015, pajak akan sulit mencapai target, meskipun sudah diturunkan dari Rp1.360 trilliun, menjadi Rp 1.226 trilliun. Penerimaan dari pajak yang rendah akan mengganggu kelancaran dana pembangunan (dalam bentuk APBN dan APBD).
Kedua, “un-employment rate” (tingkat pengangguran) akan tetap tinggi di kisaran 6%. Angka pengangguran otomatis akan punya efek negatif terhadap aktifitas ekonomi.
Pajak dan tingkat pengangguran, jika tidak diberikan perhatian ekstra akan berujung pada sulitnya mencapai pertumbuhan sesuai target.
Jadi, sebaiknya semua pihak, terutama tim ekonomi presiden Jokowi tetap waspada, dan bekerja keras !!