[caption caption="Grafik pertumbuhan ekonomi (Sumber: Antara, 2016)"][/caption]
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) pada bulan Oktober tahun 2015 lalu, menargetkan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,3 persen untuk tahun ini (2016). Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution saat itu langsung menanggapinya dengan dingin.
Menurut Darmin Nasution, target dalam anggaran tersebut “terlalu optimistis dan sangat sulit tercapai.” Menko Ekuin wajar saja pesimis, karena pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami “kontraksi,” hanya sebesar 4,7% pada tahun 2015.
Tapi, sungguh mengejutkan, Asian Development Bank (ADB) dalam laporannya baru baru ini (Indonesia: Economy, 2016) meng-“up date” pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,4%, angka yang melampaui target Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun 2016 (lihat Tabel di bawah).
[caption caption="Tabel. Update pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,4% tahun 2016 (sumber: ADB, 2016)"]
Sementara itu World Bank (2016) menyebutkan bahwa angka pertumbuhan Indonesia juga akan melampaui baik estimasi APBN maupun ADB, yaitu sebesar 5,5%.
Sebab sebab Optimisme
Berdasarkan prediksi Bank Dunia, pertumbuhan ekonomi dunia diperkirakan cuma 4,6% pada tahun 2016. Untuk negara maju pertumbuhannya lebih rendah, yaitu 2,4%. Negara negara berkembang diperkirakan sekitar 5,2%
Lantas kenapa ADB dan World Bank begitu optimis dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia?
Ada beberapa faktor yang menyebabkan presiden Jokowi akan mampu melampaui target pertumbuhan, diantaranya:
1. Paket ekonomi (yang diantaranya adalah pencabutan beberapa aturan investasi yang sangat mengganggu, perampingan birokrasi dan pengurangan tariff) mulai menampakkan hasilnya
2. “Government spending” akan meningkat sekitar 1,1% dibanding tahun sebelumnya:
-Untuk sektor infrastruktur, kesehatan dan bantuan sosial mulai berjalan.
-Pembelian yang dilakukan pemerintah akan mendorong pertumbuhan sektor swasta
3. Ekspor akan meningkat 4,7% dibandingkan tahun 2015.
4.Kenaikan upah Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan buruh swasta, dimana sebagaian upah dipakai untuk kebutuhan sehari hari, akan menyebabkan konsumsi meningkat.
Keempat faktor di atas, pastinya mendorong aktifitas ekonomi ke arah positif secara keseluruhan, sehingga target pertumbuhan APBN akan terlampaui. Tidak berhenti di tahun 2016, tapi, pertumbuhan di atas 5% diperkirakan akan berlangsung terus sampai tahun 2019.
Jangan Terlalu Gembira
Meskipun pertumbuhan ekonomi cukup “menjanjikan,” tim ekonomi presiden Jokowi sebaiknya tidak lengah dan terlalu gembira. Karena ada dua hal yang bisa “merusak” prediksi ini.
Pertama, berdasarkan pengalaman tahun 2015, pajak akan sulit mencapai target, meskipun sudah diturunkan dari Rp1.360 trilliun, menjadi Rp 1.226 trilliun. Penerimaan dari pajak yang rendah akan mengganggu kelancaran dana pembangunan (dalam bentuk APBN dan APBD).
Kedua, “un-employment rate” (tingkat pengangguran) akan tetap tinggi di kisaran 6%. Angka pengangguran otomatis akan punya efek negatif terhadap aktifitas ekonomi.
Pajak dan tingkat pengangguran, jika tidak diberikan perhatian ekstra akan berujung pada sulitnya mencapai pertumbuhan sesuai target.
Jadi, sebaiknya semua pihak, terutama tim ekonomi presiden Jokowi tetap waspada, dan bekerja keras !!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H