Seusai menjajaki apel pagi, saya keluar kamar. Duduk di halaman depan sembari melanjutkan menikmati kopi getir serta berikan makan ikan yang terdapat di kolam kecil dan burung parkit yang terus aktif berkicauan di dalam sangkarnya.
" Om, senin depan telah mulai persidangan ya," suatu suara mengejutkanku. Nyatanya Almika sudah berdiri di sebelah tempatku duduk di sofa halaman.
" Iya, agendanya gitu, Mika. Kok kalian ketahui," sahutku, sembari memintanya duduk di sofa yang terdapat di depanku.
" Mika amati informasinya di kantor rutan, om. Syukurlah jika telah mulai persidangan. Supaya cepet dapet kepastian hukum, jadi kalaupun nantinya didiagnosa berapa lama, om telah dapat menata hati buat tetep tabah serta ikhlas menjalaninya," jelas Almika.
" Yah, moga- moga aja sidangnya tidak bertele- tele ya, Mika. Supaya cepet putus pula," ujarku, menimpali.
" Ikuti serta nikmati aja prosesnya, om. Tidak terdapat suatu juga di dunia ini yang tidak terdapat kesimpulannya. Ingin itu senang ataupun derita, tentu tetep ketemu ujungnya. Yang berarti, om tetep tabah serta ikhlas," lanjut Almika dengan kalem.
" Inshaallah om tetep dapat tabah serta ikhlas ya, Mika. Memanglah berat lakukan kehidupan semacam ini. Tetapi, ya inilah kenyataannya. Tidak bisa jadi dapat pula om membebaskan diri dari realitas yang terdapat," tanggapku, berupaya senantiasa menampilkan ketenangan.
" Mika percaya, om kokoh kok ngadepin apapun realitas ini. Yang berarti, om tetep dapat tabah serta ikhlas. Jika kata Buya Hamka, jangan khawatir jatuh, sebab yang tidak sempat memanjatlah yang tidak sempat jatuh. Pula jangan khawatir kandas, sebab yang tidak sempat kandas cuma orang yang tidak sempat melangkah," Mika melanjutkan perkataannya, senantiasa dengan nada kalem.
Mendengar perkataan sipir low profile itu, saya cuma dapat tersenyum. Lama- lama, jiwaku merasa aman. Sebongkah atensi Almika yang dikerjakannya sepanjang ini, sudah membuatku terus sanggup menata keyakinan diri. Suatu yang sangat diperlukan dalam menempuh hari- hari di penjara.
" Om hendak terus berjuang buat senantiasa bersyukur serta bersabar lakukan seluruh ini, Mika," ucapku, sebagian dikala setelah itu.
" Telah bener itu, om. Sebab bersyukur serta bersabar merupakan rem buat memperlambat ketinggian hati, kecepatan kurang ingat diri, serta kelebihan tekad. Melalui syukur serta tabah seperti itu kontrol diri serta keyakinan diri kita hendak terus terpelihara," jawabnya, dengan tersenyum.