Perusahaan yang hampir bangkrut ketika aku terpuruk saat kamu meninggalkanku, perusahaan yang akan memakan korban satu ribu dua ratus lima puluh ribu karyawan jika bangkrut, dan menjadi satu ribu dua ratus lima puluh ribu pengangguran baru di negeri ini.
Kini aku bangkit dari keterpurukan itu, karena aku tau kamu sudah tenang di sana, sudah terjaga dengan baik. Saatnya aku menjaga kenanganmu yang masih ada, dan membesarkannya hingga terkenal ke negeri-negeri yang kamu inginkan.
Sedikit demi sedikit perusahaan itu mulai normal kembali, di tahun ke sepuluh baru mendapatkan kesuksesan yang diharapkan. Kini aku sudah bekerjasama dengan negara-negara besar purnamasari, dan perusahaan yang kita rintis sekarang sudah memiliki cabang-cabang di setiap negara besar di dunia.
Kegiatanku sekarang berkeliling dunia purnamasari, bukan untuk berkunjung atau berlibur namun untuk urusan pekerjaan. Karena aku harus mengontrol cabang-cabang perusahaan yang aku dan kamu rintis purnamasari.Â
Ketika aku ke suatu negara bertemu dengan polisi yang menembakmu purnamasari, sekarang polisi tersebut sengsara purnamasari, hidupnya di jalanan, bajunya sangat kumuh, dan bau.
Polisi itu meminta maaf kepadaku purnamasari,
"Wahai pemuda.. Maafkan diri ini yang telah merenggut kebahagianmu, membunuh wanita yang kamu cintai, bintang yang kamu perjuangkan dari orang-orang yang menginginkannya"
"Ada apa dengan pak polisi, apa yang terjadi sehingga bapak seperti ini?". Tanyaku purnamasari
"Mungkin ini azabku, yang telah merenggut kebahagian orang lain. Wahai pemuda". Jawabnya
"Lalu apa yang terjadi?". Tanyaku lagi purnamasari
"Setelah kejadian penembakan, banyak yang mengejar dan ingin menangkapku, wahai pemuda. Hingga akhirnya tak bisa berkutik lagi, ditahan selama sepuhuh tahun, dipecat dari kepolisian, dan semua kekayaanku disita oleh bank dan berakhir ada di sini, hidup di jalanan, tidur dimana saja, makan dari bekas orang lain terkadang memungut di tempat sampah". Jawabnya
Sakit memang hati ini mengingat kejadian itu purnamasari, jika boleh aku ingin membunuhnya waktu bertemu denganku. Tapi melihat keadaanya yang seperti itu, pantaskah aku membunuhnya. Membunuh orang yang tak berdaya, orang tidak punya kekuatan. Sama saja aku seperti binatang yang tidak punya rasa kemanusiaan, disaat tidak berdaya lalu membunuhnya. Aku tidak seperti itu purnamasari, aku masih mempunyai rasa kemanusiaan dan rasa kasihan terhadapnya. Walaupun itu semua tak seimbang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H