Tanaman ini memang kurang populer. Sejenis umbi-umbian namun kurang dikenal. Waktu pertama melihat tanaman ini bahkan sempat saya kira lengkuas, karena daunnya mirip dan saat dipanen umbinya juga mirip seperti bumbu dapur.
Ternyata Ganyong sangat potesial untuk sumber pangan dan gizi. Umbi Ganyong dapat menjadi sumber pangan pengganti nasi karena kandungan pati (karbohidrat) yang tinggi. Umbi ini juga kaya dengan protein, kalori, lemak, vitamin C, vitamin B1, fosfor, kalsium dan zat besi.
Ganyong bisa tumbuh di bawah tegakan dan sangat potensial untuk menunjang program ketahanan pangan untuk diversifikasi gizi dan pangan. Tampaknya sampai saat ini Ganyong belum diusahakan secara serius dan intensif.
Ganyong tumbuh baik pada daerah dengan distribusi curah hujan 1000-1200 mm per tahun. Toleran terhadap kelebihan kadar air (tetapi tidak tahan jenuh air) dan kuat di bawah naungan. Pertumbuhan normal terjadi pada suhu di atas 10 oC, tetapi dapat melalui suhu tinggi 30-32 oC.Â
Ganyol tumbuh sampai ketinggian 1000 m di atas permukaan laut. Tumbuh subur pada berbagai macam tanah, termasuk tanah marginal bagi kebanyakan tanaman umbi. Tanah yang disukai adalah lempung berpasir dan kaya humus. Tanaman ini toleran terhadap interval pH 4,5-8,0. (International Plant Names Index, 2024).
Pertama kali mengenal Ganyong adalah saat main ke kampung simbah di Kebumen. Tanaman ini banyak ditanam di kebon pekarangan. Direbus dan dimakan begitu saja dengan campuran parutan kelapa. Gurih dan mengenyangkan.
Perlu gebrakan besar agar demam Ganyong menggema dan pasar akan sumber panganan dari bahan ganyong ini tercipta. Ganyong bisa dibuat menjadi tepung dan cukup banyak di pasaran. Â Pati Ganyong ini dapat digunakan dalam pembuatan berbagai jenis makanan, kue, soun, lem, dll.
Mengutip dari berbagai jurnal ternyata Ganyong sangat baik untuk mengobati luka lambung. Ganyong mengandung polifenol dan flavanoida yang bermanfaat menyembuhkan luka lambung. Caranya mengkonsumsinya ganyong dapat dijadikan tepung, lalu dimasak dengan air tambahkan gula merah serta sedikit garam.
Kandungan pati dalam ganyong dengan mudah dicerna oleh tubuh, sehingga membuat umbi ini dapat melancarkan pencernaan dan kesehatan usus. Bubur ganyong baik untuk mengatasi diare serta gangguan perut.
Ganyong juga baik untuk mendukung pertumbuhan Balita. Ganyong mengandung zat besi, fosfor serta kalsium yang tinggi sehingga baik untuk pertumbuhan anak.
Selain itu Ganyong juga mengandung kalsium yang tinggi sangat bermanfaat memperbaiki dan menguatkan tulang. Konsumsi bubur ganyong sangat bermanfaat menjauhkan dari gangguan tulang.
Ganyong dapat dijadikan pengganti nasi serta sumber karbohidrat untuk penderita diabetes, karena kandungan patinya tidak membuat kadar gula darah naik.
Ganyong dapat dikonsumsi dalam bentuk tepung untuk membuat kue, bubur, atau dikukus sebagai makanan ringan. Selain itu, umbinya juga dapat diolah menjadi berbagai hidangan tradisional yang lezat dan menyehatkan.
Mengutip beberapa artikel pangan, kegunaan lain dari ganyong adalah : (a) tanaman muda dimakan sebagai sayuran hijau; (b) daunnya digunakan pembungkus atau alas makan; (c) daun dan umbinya bisa digunakan sebagai pakan ternak (sapi); (d) tanaman dan bunganya dapat dijadikan sebagai tanaman hias; (e) bijinya yang hitam dan berkulit keras digunakan sebagai kalung atau tasbeh; dan (f) sebagai tanaman obat.
Di Vietnam, patinya dijadikan bahan baku pengganti kacang hijau dalam pembuatan mie bening (soun) berkualitas tinggi. Di Jawa, biji ganyol dihancurkan dan digunakan sebagai luluran untuk menghilangkan sakit kepala. Sari umbi hasil ekstraksi digunakan untuk mengobati diare. Bubur umbi yang dididihkan digunakan sebagai obat penyakit kulit tropis di Kamboja.
Di Hongkong umbi yang telah hancur dididihkan digunakan untuk mengobati hepatitis akut. Di Indo China umbi sebar yag dihancurkan digunakan untuk mengobati trauma. Di Filipina, umbi yang telah dihancurkan, direndam dan dihancurkan, direndam dan dilembutkan dalam air digunakan untuk menghilangkan mimisan.
Pemanenan umbi Ganyong dapat dilakukan 4-8 bulan setelah tanam, dicabut atau digali. Ciri umbi matang adalah apabila potongan segitiga bagian terluar daun umbi berubah menjadi ungu. Panen setelah 8 bulan dapat memberikan hasil yang lebih tinggi, karena umbi ganyol telah mengembang secara maksimum. Hasil umbi bervariasi dari 23 ton per hektar pada 4 bulan menjadi 45-50 ton per hektar pada 8 bulan, atau 85 ton per hektar setelah setahun. Tepung yang dihasilkan adalah 4-10 ton per hektar.
Umbi segar yang baru dipanen harus ditangani secara hati-hati. Bila akan dikonsumsi, harus dilakukan segera setelah panen. Bila dibiarkan lebih dari 10 bulan umbi ganyol akan menjadi keras, kurang dapat dikonsumsi, dan tepung yang dihasilkannya sangat rendah. Umbi yang sudah bersih dapat disimpan beberapa minggu pada kondisi sejuk dan kering.
Agroforestri Ganyong perlu didorong dengan menciptakan pasar ganyong sebagai sumber pangan yang potensial. Tanaman yang mudah tumbuh, kaya gizi dan cepat panen ini memiliki potensi yag cukup tinggi untuk mendukung program pemerintah untuk ketahanan Pangan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H