Ganyong juga baik untuk mendukung pertumbuhan Balita. Ganyong mengandung zat besi, fosfor serta kalsium yang tinggi sehingga baik untuk pertumbuhan anak.
Selain itu Ganyong juga mengandung kalsium yang tinggi sangat bermanfaat memperbaiki dan menguatkan tulang. Konsumsi bubur ganyong sangat bermanfaat menjauhkan dari gangguan tulang.
Ganyong dapat dijadikan pengganti nasi serta sumber karbohidrat untuk penderita diabetes, karena kandungan patinya tidak membuat kadar gula darah naik.
Ganyong dapat dikonsumsi dalam bentuk tepung untuk membuat kue, bubur, atau dikukus sebagai makanan ringan. Selain itu, umbinya juga dapat diolah menjadi berbagai hidangan tradisional yang lezat dan menyehatkan.
Mengutip beberapa artikel pangan, kegunaan lain dari ganyong adalah : (a) tanaman muda dimakan sebagai sayuran hijau; (b) daunnya digunakan pembungkus atau alas makan; (c) daun dan umbinya bisa digunakan sebagai pakan ternak (sapi); (d) tanaman dan bunganya dapat dijadikan sebagai tanaman hias; (e) bijinya yang hitam dan berkulit keras digunakan sebagai kalung atau tasbeh; dan (f) sebagai tanaman obat.
Di Vietnam, patinya dijadikan bahan baku pengganti kacang hijau dalam pembuatan mie bening (soun) berkualitas tinggi. Di Jawa, biji ganyol dihancurkan dan digunakan sebagai luluran untuk menghilangkan sakit kepala. Sari umbi hasil ekstraksi digunakan untuk mengobati diare. Bubur umbi yang dididihkan digunakan sebagai obat penyakit kulit tropis di Kamboja.
Di Hongkong umbi yang telah hancur dididihkan digunakan untuk mengobati hepatitis akut. Di Indo China umbi sebar yag dihancurkan digunakan untuk mengobati trauma. Di Filipina, umbi yang telah dihancurkan, direndam dan dihancurkan, direndam dan dilembutkan dalam air digunakan untuk menghilangkan mimisan.
Pemanenan umbi Ganyong dapat dilakukan 4-8 bulan setelah tanam, dicabut atau digali. Ciri umbi matang adalah apabila potongan segitiga bagian terluar daun umbi berubah menjadi ungu. Panen setelah 8 bulan dapat memberikan hasil yang lebih tinggi, karena umbi ganyol telah mengembang secara maksimum. Hasil umbi bervariasi dari 23 ton per hektar pada 4 bulan menjadi 45-50 ton per hektar pada 8 bulan, atau 85 ton per hektar setelah setahun. Tepung yang dihasilkan adalah 4-10 ton per hektar.
Umbi segar yang baru dipanen harus ditangani secara hati-hati. Bila akan dikonsumsi, harus dilakukan segera setelah panen. Bila dibiarkan lebih dari 10 bulan umbi ganyol akan menjadi keras, kurang dapat dikonsumsi, dan tepung yang dihasilkannya sangat rendah. Umbi yang sudah bersih dapat disimpan beberapa minggu pada kondisi sejuk dan kering.
Agroforestri Ganyong perlu didorong dengan menciptakan pasar ganyong sebagai sumber pangan yang potensial. Tanaman yang mudah tumbuh, kaya gizi dan cepat panen ini memiliki potensi yag cukup tinggi untuk mendukung program pemerintah untuk ketahanan Pangan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H