Selain sebagai pembuat Sarabba, ternyata perempuan juga mengambil peran dalam pemasaran Sarabba. Di berbagai pasar tradisional dan acara-acara lokal di Sulawesi Tengah, perempuan sering terlihat menjual Sarabba, baik dalam bentuk siap minum maupun dalam kemasan bubuk instan yang bisa dibuat di rumah. Perempuan tidak hanya menjual produk ini secara langsung di pasar, tetapi juga mulai merambah ke pemasaran online untuk menjangkau konsumen yang lebih luas.
Penelitian oleh Rahman (2019) menunjukkan bahwa dengan semakin populernya e-commerce, banyak perempuan di Sulawesi Tengah yang mulai menggunakan media sosial dan platform digital untuk menjual Sarabba secara daring. Hal ini membantu meningkatkan pendapatan keluarga mereka dan memperluas jangkauan pemasaran Sarabba ke luar daerah, bahkan hingga ke luar negeri.
Selain itu, perempuan juga berperan dalam promosi Sarabba sebagai produk tradisional khas Sulawesi Tengah. Melalui acara-acara budaya dan festival, perempuan seringkali menjadi duta yang memperkenalkan minuman ini kepada wisatawan, baik domestik maupun mancanegara. Mereka menggunakan narasi budaya dan sejarah lokal untuk menarik minat konsumen terhadap minuman tradisional ini.
Meskipun perempuan memiliki peran besar dalam pembuatan dan pemasaran Sarabba, mereka masih menghadapi berbagai tantangan. Salah satu tantangan utama adalah akses terhadap bahan baku berkualitas yang tidak selalu tersedia .
Beberapa bahan, seperti jahe dan kayu manis, bisa menjadi sulit didapatkan pada musim-musim tertentu atau mengalami kenaikan harga yang signifikan. Hal ini seringkali menjadi hambatan dalam menjaga kualitas dan kuantitas ketersediaan Sarabba dari Lembah Napu di setiap waktu.
Selain itu, tantangan dalam pemasaran juga muncul. Perempuan yang terlibat dalam pemasaran Sarabba, khususnya di pasar digital, seringkali kurang memiliki pengetahuan tentang strategi pemasaran digital yang efektif. Studi oleh Mustika (2020) menunjukkan bahwa masih ada kesenjangan dalam hal literasi digital di kalangan perempuan pengusaha mikro di Sulawesi Tengah, sehingga mereka kesulitan untuk mengoptimalkan platform online dalam memperluas jaringan pemasaran mereka.
Untuk mengatasi tantangan tersebut, masih diperlukan upaya pemberdayaan perempuan, terutama yang terlibat dalam pembuatan dan pemasaran Sarabba. Pelatihan tentang pengelolaan bisnis, pemasaran digital, dan akses ke pasar yang lebih luas bisa menjadi langkah penting untuk meningkatkan kesejahteraan perempuan di sektor agroforestri.
Organisasi lokal dan pemerintah perlu memberikan dukungan berupa pelatihan keterampilan, modal usaha, serta akses terhadap jaringan pemasaran yang lebih luas.
Selain itu, upaya pelestarian tradisi pembuatan Sarabba juga perlu dilakukan. Ini bisa dilakukan melalui pendidikan kepada generasi muda tentang pentingnya menjaga warisan budaya, termasuk dalam hal pembuatan minuman tradisional.
Melibatkan perempuan dalam program-program pelestarian budaya, seperti festival Sarabba atau pelatihan pembuatan Sarabba, juga bisa menjadi salah satu cara untuk memperkuat peran mereka.