Mohon tunggu...
Khulfi M Khalwani
Khulfi M Khalwani Mohon Tunggu... Freelancer - Care and Respect ^^

Backpacker dan penggiat wisata alam bebas... Orang yang mencintai hutan dan masyarakatnya... Pemerhati lingkungan hidup... Suporter Timnas Indonesia... ^^

Selanjutnya

Tutup

Book

Transglobal Leadership: Dari Bentang Alam hingga Gaya Kepemimpinan

29 Juli 2024   14:22 Diperbarui: 29 Juli 2024   14:28 440
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kerangka Pikir Penerapan Kepemimpinan Transglobal berbasis Landscape-Seascape Terintegrasi untuk Mewujudkan Keberlanjutan (Bambang Hendroyono)

Kerangka Pikir Penerapan Kepemimpinan Transglobal berbasis Landscape-Seascape Terintegrasi untuk Mewujudkan Keberlanjutan (Bambang Hendroyono)
Kerangka Pikir Penerapan Kepemimpinan Transglobal berbasis Landscape-Seascape Terintegrasi untuk Mewujudkan Keberlanjutan (Bambang Hendroyono)

Pada bentang alam tersebut terjadi pertemuan antara berbagai kepentingan sehingga pendekatan kepemimpinan transglobal diperlukan agar dari sisi fungsi produksi tetap optimal namun tidak melampaui Daya Dukung Daya Tampung lingkungan, dan dari sisi sosial tetap memberikan manfaat yang nyata untuk kesejahteraan masyarakat. Cara berpikir Integratif diperlukan untuk mengintegrasikan semua aspek yang relevan dalam merencanakan program/kegiatan, termasuk bentang alam dan "siapa berbuat apa" serta bagaimana integrasi sumber pendanaannya.

Cara pikir holistik, tematik, spasial, dan integratif dalam pembangunan penting untuk mencapai tujuan negara, yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.

Cara pikir ini pula yang menjadi dasar dalam menentukan Prioritas Nasional dalam  kerangka Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN). Artinya perlu mempertimbangkan semua aspek yang relevan, memfokuskan perencanaan pada tema tertentu, mempertimbangkan aspek spasial geografis, dan kemudian mengintegrasikan semua aspek yang relevan. Dengan demikian, barulah kita berani memastikan progam/kegiatan tersebut dapat diimplementasikan dan memberikan kebermanfaatan.

Dalam konteks penggunaan dan atau pengelolaan ruang dan lahan di bumi pertiwi, maka cara pikir holistik, tematik, spasial, dan integratif tersebut diterjemahkan lebih fokus melalui pendekatan pengelolaan lanskap terintegrasi (Integrated Landscape Approaches). Yaitu salah satu strategi untuk mengatasi permasalahan lingkungan dan konflik kepentingan pada lintas sektor sehingga mampu meningkatkan dampak positif terhadap lingkungan dan sosial-ekonomi, seperti penanganan perubahan iklim, penurunan kesenjangan dan kemiskinan, peningkatan lapangan kerja dan lain sebagainya.

Pada bentang lahan yang menjadi ruang pertemuan lintas sektor, para pihak dapat  mengidentifikasi terhadap pilihan intervensi kebijakan (pola pengelolaan) mana yang akan memberikan manfaat yang lebih berkelanjutan dan berkeadilan. 'Pendekatan lanskap terpadu' adalah strategi tata kelola yang berupaya merekonsiliasi berbagai klaim penggunaan lahan yang saling bertentangan untuk menyelaraskan kebutuhan manusia dan lingkungan serta membangun lanskap multi-fungsi yang lebih berkelanjutan dan adil[1].

Pertanyaan berikutnya muncul. 

Bagaimana memadu serasikan semuanya itu agar dapat berjalan dan atau diimplementasikan dengan baik ? Bukan hal mudah tentunya. Maka diperlukan seorang manajer dengan  gaya kepemimpinan yang lebih adaptif, dinamis dan inklusif untuk menjawabnya. Kepemimpinan yang cerdas dan berpikir global untuk kelestarian ekonomi, sosial, lingkungan dan cerdas dalam tata kelola.

Jawaban atas kebutuhan kepemimpinan yang berpikir terpadu dalam konteks pengelolaan bentang alam di era global saat ini adalah kepemimpinan transglobal. Pemimpin transglobal adalah pemimpin yang fokus pada pembangunan organisasi yang sehat dan berkelanjutan di mana pun, kapanpun, dan siapapun komunitasnya. Berbagai dinamika, baik pertentangan kepentingan dan penggunaan lahan pada konteks bentang alam dapat direkonsiliasi melalui gaya kepemimpinan transglobal.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun