Dalam ekonomi perilaku, Willingness To Pay (kesediaan untuk membayar) adalah harga maksimum dimana konsumen pasti akan membeli satu unit produk (barang/jasa). Tentunya banyak faktor yang mempengaruhi mulai dari keadaan ekonomi, tingkat tren produk, faktor internal pelanggan, kelangkaan produk, kualitas produk dan lain-lain.
Mirip-miriplah sama yang rela nyawer pas dangdutan atau orgen tunggal.
Pas pula hari ini medsos lagi ramai dan saling sindir membahas rencana kenaikan harga tiket naik ke Candi  Borobudur yang akan menjadi Rp 750K untuk turis lokal. Maka terdoronglah saya untuk menulis sedikit analoginya.
Terakhir kali saya ke Candi Borobudur adalah sekitar tahun 2014 saat berlibur ke Yogyakarta lalu ngeteng naik bis dari Malioboro ke terminal dekat Borobudur.
Mungkin sekitar Rp 40-50K harga tiket candi Borobudur saat itu. Bagi saya yang saat itu masih mahasiswa S2 tentu sangatlah mahal, apalagi waktu itu saya bawa isteri dan satu anak.
Sempat saya dan isteri saling tatap saat di loket. Tapi mumpung disini, kapan lagi kami bisa mengunjungi salah satu kemegahan budaya Indonesia yang termasuk tujuh keajaiban dunia. Akhirnya kami naik ke candi. Sebelumnya saya kesini adalah sekitar tahun 1995 saat masih SD di kota Padang.
Kembali ke saat ini, maka tentu kebijakan rencana tiket menjadi Rp750K punya dasar pertimbangan ataupun survey dan kajian. Bagi saya yang baru 2 kali masuk Borobudur yaitu tahun 1995 dan tahun 2014 menganggap nilai tersebut wajar saja.
Saat ini kurva nilai warisan budaya ini memang harus kita tempatkan lebih tinggi. Nilai kebanggaan untuk tempat ini juga harus bertambah. Untuk upaya pelestarian tentu tidak ada salahnya. Pastinya ada harga ada kualitas. Namun untuk pelajar dan mahasiswa akan lebih baik jika ada diskon.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H