Willingness To Pay: dari Main Burung sampai Tiket Borobudur
"Burung ini akan terbang menghampiri anda. Siapkan saja uang kertas dengan nilai berapa saja. Dan nanti burung ini akan membawa uangnya kesini untuk kita donasikan ke upaya konservasi", ucap instruktur acara (pawang manuk) dari panggung sembari menunjuk kotak kaca di depannya tempat menampung uang.
Begitulah salah satu atraksi yang disajikan saat tadi saya berkunjung ke salah satu Bird Park yang ada di daerah Puncak Bogor.
Benar tebakan saya, akan banyak penonton yang berdiri sembari melambaikan uang kertas di tangan dengan nilai bervariasi. Dari yang saya lihat paling banyak ialah yang memberi Rp5.000,- dan Rp10.000,- tetapi ada juga beberapa yang memberi Rp20.000 dan Rp50.000,-.
Akan berbeda tentunya jika instruktur berkata, "silahkan siapkan uang minimal Rp 50.000 jika ingin dihampiri burung ini untuk hinggap ditangan anda"
Otomatis mau tidak mau nilai kerelaan membayar akan bergeser. Saya berani bertaruh akan tetap ada yang mengeluarkan gocekan untuk itu.
Kenapa? Karena atraksi ini sangat menarik. Saat burung yang cantik berwarna warni dan cerdas bisa mengerti dan menghampiri. Selain itu antusias para penonton juga terlihat karena banyak  membawa serta keluarga dan bahkan anak-anak. Nilai pengalaman yang mungkin tidak bisa seringkali dinikmati secara langsung.
Secara sederhana, mungkin beginilah gambaran _willingness to pay_ pengunjung lokal (wisatawan nusantara), termasuk saya . Harus ada harga minimal yang ditentukan agar bisa diterima pasar dan konsumen rela membayar.