Kebetulan perjalanan saya saat ini bersama dengan kawan-kawan kesehariannya sama-sama bekerja di ibukota Jakarta. Berdiri diatas kampung terapung dan merasakan hembusan angin Danau Sentani tentu akan menjadi pengalaman mewah yang tidak akan bisa kami nikmati setiap hari.
Di kampung Yoboi kami berjumpa dengan kepala Kampung dan singgah ke rumah baca yang dikelola oleh ibu Hanny Felle. Dengan penuh semangat dia bercerita bagaimana perjuangan yang dilakukan untuk memajukan dunia literasi bagi anak-anak di Tanah Papua.
Jujur ada rasa haru dan takjub saat mendengar ceritanya. Sosok seorang Ibu dari kampung di pinggir danau Sentani yang telah menginspirasi dan menjadi sentra bagi sekitar 24 rumah baca lainnya yang sudah dirintis dan tersebar di 10 Distrik di daerah Jayapura dan sekitarnya.
Jika anda punya segudang buku. Silahkan kirimkan sebagian kesini. Dengan senang hati tentunya akan diterima oleh Ibu Hanny Felle. Namanya Rumah Baca Onomi Niphi, Kampung Yoboi. Buku adalah jendela dunia, dan membaca adalah jembatannya. Begitulah moto yang tertanam oleh Rumah Baca ini.
Jam ditangan menunjukkan pukul 3 WIT saat kami beranjak dari Rumah Baca. Semburat Pelangi muncul di ujung danau Sentani. Seakan pertanda alam yang turut berseri saat kami berjalan di tepian danau beranjak ke bagian belakang perkampungan untuk memasuki hutan Sagu.
Sebuah titian kayu yang baru dibangun menyambung dari perkampungan menjadi sebuah track panjang melewati hutan Sagu. Track ini menjadi salah satu sarana dan prasarana unggulan ekowisata di kampung Yoboi.
Berjalan di bawah kanopi tegakan Sagu adalah atraksi yang tidak boleh anda lewatkan jika ke Kampung Yoboi. Pastikan kamera anda tetap dalam posisi on selama menjelajahi track hutan sagu ini.
Pada saat tertentu akan ada festival panen Sagu dan panen ulat sagu. Sayang tidak ada moment tersebut saat kami berkunjung. Cukup saya membayangkan makan ulat sagu yang pernah saya lihat di tayangan Youtube. Konon rasanya gurih.