kampung Yoboi adalah pengalaman tak terlupakan bagi saya di penghujung Tahun 2021. Kampung ini terletak di atas danau Sentani, Distrik Sentani Kabupaten Jayapura - Papua.Â
MengunjungiSekilas kampung ini seperti pemukiman  yang terapung di atas danau, namun memang demikian adanya. Lokasinya berada di pinggir danau Sentani dan bersandingan langsung dengan hamparan hutan sagu.
Kampung Yoboi untuk mendapatkan anugerah desa wisata Indonesia.
Untuk menuju kampung ini harus menggunakan perahu speedboat atau sampan mesin dari dermaga. Lokasi dermaga Sentani tidak jauh dari bandar udara. Bahkan beberapa minggu sebelum saya berkunjung ke kampung ini, Menteri pariwisata dan ekonomi kreatif, Sandiaga Uno sudah lebih dulu kesini dan menobatkanHanya memerlukan waktu 15-20 menit dari dermaga, merasakan sensasi mengarungi danau terbesar di Papua ini. Pemandangan perbukitan Teletubbies, langit biru yang benderang, aktivitas nelayan dan ramah senyum masyarakat Papua akan menjadi bumbu pelengkap dari perjalanan. Lalu anda akan sampai di perkampungan yang hampir 100% bangunanya berada di atas danau.
Unik dan memukau. Hampir seluruh bangunan penuh dengan warna-warni. Tangga, lantai kayu, dinding rumah, jalanan kayu, dan semua atribut penghias kampung penuh dengan warna-warni yang mencerahkan mata seperti Pelangi.Â
Banyak spot yang istagramable disini. Berswafoto bersama dengan latar warna-warni kampung dan atau pemdangan danau Sentani adalah menu wajib yang harus dinikmati saat perahu anda baru bersandar di kampung ini.
Rumah-rumah di kampung Yoboi terbuat dari papan-papan kayu dan dihiasi dengan cat warna-warni. Sebagian besar memiliki pot tanaman atau kebun berupa bak yang penuh dengan tanaman sayur mayur dan bumbu dapur.
Melihat kebun-kebun di pot atau bak di depan rumah-rumah warga kampung Yoboi membuat saya seketika ingat akan film WATERWORLD. Sebuah film Sains Fiksi  yang dibintangi oleh Kevin Costner. Film yang berkisah tentang masa depan, dimana es kutub telah mencair, dan Bumi seluruhnya dilapisi oleh air.
Kebetulan perjalanan saya saat ini bersama dengan kawan-kawan kesehariannya sama-sama bekerja di ibukota Jakarta. Berdiri diatas kampung terapung dan merasakan hembusan angin Danau Sentani tentu akan menjadi pengalaman mewah yang tidak akan bisa kami nikmati setiap hari.
Di kampung Yoboi kami berjumpa dengan kepala Kampung dan singgah ke rumah baca yang dikelola oleh ibu Hanny Felle. Dengan penuh semangat dia bercerita bagaimana perjuangan yang dilakukan untuk memajukan dunia literasi bagi anak-anak di Tanah Papua.
Jujur ada rasa haru dan takjub saat mendengar ceritanya. Sosok seorang Ibu dari kampung di pinggir danau Sentani yang telah menginspirasi dan menjadi sentra bagi sekitar 24 rumah baca lainnya yang sudah dirintis dan tersebar di 10 Distrik di daerah Jayapura dan sekitarnya.
Jika anda punya segudang buku. Silahkan kirimkan sebagian kesini. Dengan senang hati tentunya akan diterima oleh Ibu Hanny Felle. Namanya Rumah Baca Onomi Niphi, Kampung Yoboi. Buku adalah jendela dunia, dan membaca adalah jembatannya. Begitulah moto yang tertanam oleh Rumah Baca ini.
Jam ditangan menunjukkan pukul 3 WIT saat kami beranjak dari Rumah Baca. Semburat Pelangi muncul di ujung danau Sentani. Seakan pertanda alam yang turut berseri saat kami berjalan di tepian danau beranjak ke bagian belakang perkampungan untuk memasuki hutan Sagu.
Sebuah titian kayu yang baru dibangun menyambung dari perkampungan menjadi sebuah track panjang melewati hutan Sagu. Track ini menjadi salah satu sarana dan prasarana unggulan ekowisata di kampung Yoboi.
Berjalan di bawah kanopi tegakan Sagu adalah atraksi yang tidak boleh anda lewatkan jika ke Kampung Yoboi. Pastikan kamera anda tetap dalam posisi on selama menjelajahi track hutan sagu ini.
Pada saat tertentu akan ada festival panen Sagu dan panen ulat sagu. Sayang tidak ada moment tersebut saat kami berkunjung. Cukup saya membayangkan makan ulat sagu yang pernah saya lihat di tayangan Youtube. Konon rasanya gurih.
Membicarakan Papua tidak akan lepas dari kearifan dalam mengelola sumber daya alam berupa hutan dan danau. Danau Sentani yang saya kunjungi saat ini memang telah menjadi salah satu pariwisata unggulan yang dimiliki Papua.
Danau ini telah menjadi sumber penghidupan masyarakat dan juga kaya akan keanekaragaman hayati. Menurut tukang perahu yang saya ajak ngobrol, sumber daya ikan yang melimpah yaitu dari jenis Nila, Tawas, dan Lohan. Tanaman aseli yang masih banyak dijumpai di sekitar Danau adalah Pohon Matoa, Pohon Pinang, Sagu maupun Kayu Putih.
Tidak hanya kemolekan dan kekayaan alamnya, Danau dengan pemandangan memukau  ini seakan menjadi salah satu simbol budaya dan kesenian di Papua. Jika anda ke Papua pastikan anda membeli kerajinan tangan seperti lukisan kulit kayu ataupun lukisan batu. Daerah Sentani termasuk salah satu sumber produk kesenian yang terbaik di Papua.
Danau Sentani adalah danau yang penuh dengan legenda. Konon pada jaman dahulu kala, beberapa penduduk purba dari wilayah Papua Nugini melakukan perjalanan panjang dengan mengendarai seekor naga. Mereka mencari wilayah baru untuk ditempati dan berencana menetap disana. Namun, malangnya naga yang mereka kendarai tidak mampu terbang lebih jauh dan akhirnya jatuh melesat ke sebuah danau besar. Naga itu akhirnya mati terendam dalam danau tersebut.
Para penunggang naga yang selamat dan terdampar di danau itu kemudian tinggal di tubuh naga yang mati. Menurut legenda, kepala naga itu menjadi pulau di sisi timur danau, bagian ekor menjadi pulau di sisi barat, dan tubuh menjadi pulau di bagian tengah dan bernama Pulau Asei. Danau tersebut adalah danau Sentani dan hingga kini warga Sentani percaya asal-usul mereka bermula dari kisah orang-orang Papua Nugini yang menunggang naga.
Perjalanan ke Danau Sentani yang penuh legenda ini membuat waktu setengah hari masih terasa kurang bagi saya. Sempat saya searching lokasi hotel terdekat, ternyata sudah cukup banyak tersedia. Jika anda hendak berwisata ke Danau Sentani tidak usah khawatir. Dekat dari Bandara Udara Sentani.
Sempat terpikir ingin bermalam di kampung Yoboi. Akan tetapi tentu saja karena saya datang bersama rombongan tidak bisa memaksakan mereka untuk bermalam di kampung yang ada di Pinggir Danau Sentani.
Menjelang manghrib kami sampai Kembali di dermaga pasar Sentani. Melanjutkan perjalanan untuk berbelanja di Galeri Kreatif Kehutanan Papua. Tentang galeri ini akan saya ceritakan pada tulisan terpisah.
 Terimakasih tentu tidak lupa saya sampaikan kepada kawan-kawan di Dinas Kehutanan Provinsi Papua yang menjadi taman perjalanan dan mengenalkan saya terhadap keindahan danau Sentani. Terimakasih kepada kawan-kawan seperjalanan yang tentunya juga menikmati warna-warni di Danau Sentani.
Berjalan pulang menikmati pemandangan senja Danau Sentani menjadi penutup cerita ini. Diiringi lagu tentang Papua yang dipopulerkan Trio Ambisi.
Di sana pulauku
Yang kupuja s’lalu
Tanah Papua pulau indah
Hutan dan lautmu
Yang membisu s’lalu
Cendrawasih burung emas
Gunung-gunung, lembah-lembah
Yang penuh misteri
Kan ku puja s’lalu
Keindahan alammu yang mempesona
Sungaimu yang deras mengalirkan emas
Syo.. Ya Tuhan..Trima..kasih
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H