Mohon tunggu...
Khulfi M Khalwani
Khulfi M Khalwani Mohon Tunggu... Freelancer - Care and Respect ^^

Backpacker dan penggiat wisata alam bebas... Orang yang mencintai hutan dan masyarakatnya... Pemerhati lingkungan hidup... Suporter Timnas Indonesia... ^^

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Menumbuhkan Cinta dan Geliat Ekonomi di Mangrove Borneo

27 Juni 2018   19:43 Diperbarui: 28 Juni 2018   17:49 3013
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dok. pribadi
dok. pribadi
Dok pri
Dok pri
"Dulu mungkin daratannya disini, sekarang disana. Jadi kita harus hati-hati naik speedboat. Bisa-bisa kandas karena ada sisa tumbuhan atau tumpukan tanah dan batu" ujar juru mudi kami.

Bagi masyarakat nelayan ikan tangkap, manfaat hutan mangrove sebagai penahan angin laut sangat dirasakan. Hal in dikarenakan kampung dan pemukiman mereka yang berada langsung di muara sungai yang berkelok. Oleh karena itu tutupan mangrove di sekitar pemukiman mereka relatif terjaga dan dilindungi.

Disini masyarakat mengolah hasil tangkapan laut untuk dijadikan ikan asin dan terasi. Terasi, ikan asin, udang dan kepiting segar adalah produk unggulan. Pengumpul langsung datang untuk membeli. Kapal pengumpul terasi biasanya berasal dari Lombok, tutur kepala kampung yang kami jumpai.

dok. pribadi
dok. pribadi
dok. pribadi
dok. pribadi
Di kampung lainnya, di desa Buyung Buyung kami menjumpai salah seorang pengumpul dan pedagang ikan.

"Masalah yang kami jumpai ialah masih terdapat beberapa nelayan pencari kepiting yang menangkap semua ukuran kepiting. Kalau saya tidak mau ambil. Tapi bagaimana pengumpul lain tidak tahu. Seharusnya para pengumpul udang, ikan atau kepiting pada tiap-tiap kampung sepakat untuk tidak membeli kepiting yang masih kecil-kecil. Karena saya khawatir jumlah kepiting nanti semakin berkurang di alam," tutur ibu Hajah tersebut.

Desa Buyung Buyung merupakan daerah penyangga dari program REDD+ yang akan dilakukan di Delta Berau. Selain terdapat hutan mangrove pada daerah pesisirnya, Desa ini juga menjadi lumbung padi karena terdapat bukit yang menjadi sumber air untuk mengairi sawah-sawah disana. Sebuah tugu patung berbentuk udang besar akan dijumpai di tengah desa ini.

Setiap desa yang kami singgahi tampaknya mempunya ciri yang berbeda. Jika hari ini kami mengunjungi desa-desa yang ada di bagian selatan Delta Berau, esoknya kami berencana mengunjungi bagian utara yaitu desa Teluk Semanting dan desa Batu Batu.

Saat akan kembali ke kampung Batumbuk, kami singgah ke beberapa tambak yang kami lewati. Bagi orang baru seperti saya, pertanda adanya tambak dapat saya cirikan dari adanya rumah panggung atau pondok di pinggir sungai diantara pohon-pohon nipah.

dok. pribadi
dok. pribadi
dok. pribadi
dok. pribadi
Beberapa petani tambak memang tinggal dan memiliki tambak sendiri, namun ada juga yang hanya tinggal dan bertugas menjaganya. Mereka membawa serta keluarganya.

Adalah Pak Zainal asal Bugis, yang sejak mudanya sudah merantau hingga ke Jambi, lalu ke Berau. Anak-anaknya kini juga telah berkeluarga dan memiliki tambak di Delta Berau. Selain merawat tambak kesehariannya juga menyadap air nira dari pohon nipah.

Pada kami dia menunjukkan bagaimana teknik menyadap air nira dan memilih tangkai buah nipah yang sudah matang dan siap menghasilkan air nira. Hanya menggunakan pisau dan botol-botol air mineral bekas sebagai penampungnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun