Hamparan tambak yang bersekat-sekat mengisyaratkan perlunya pola agrofisheri dikembangkan di tempat ini. Masyarakat termasuk pemodal tambak harus diwajibkan untuk menanam dan memelihara pohon jenis mangrove.
Cerita dari pak Mulud, salah seorang penjaga tambak di Desa Pasir Bahagia, bahwa jenis udang yang dikembangkan biasanya ada empat. Harganya pun berbeda. Untuk udang pancet bisa mencapai Rp 140ribu/kg, udang alam/peci Rp 80ribu/kg, udang putih Rp 40 ribu/kg dan udang api 50 ribu. Yang mengambil dari Jakarta dan katanya untuk ekspor. 1 tambak biasanya memiliki luas 1 ha. Saat musim panen, seharinya bisa memanen 10 kg pancet dari 1 tambak.
Nilai yang sebenarnya masih rendah bila dibandingkan jasa lingkungan yang diberikan ekosistem hutan mangrove. Sebuah ruang perdebatan antara fungsi lindung dan peningkatan Pendapatan Aseli Daerah (PAD) yang mungkin akan sangat panjang untuk diceritakan...
Menjelang sore seluruh peserta kembali ke atas perahu kayu bermesin dengan geladak yang terbuka. Satu perahu bisa ditumpangi sekita 30-an orang. Rasa lelah terlupakan. Sampai kembali di kantor kecamatan acara dilanjutkan dengan pemberian kenang-kenangan dan ramah tamah penutupan.
Dalam perjalanan dari perahu sempat saya tanyakan pada panitia, "Jadi bagaimana kang harapannya untuk alumni yang lain melalui acara ini ? "
"Kalau kami kan sudah memulai, kalian-kalian lah yang melanjutkan. Kegiatan ini jangan hanya habis diangkatan kami ini." Jawab kang Deisman (E18) diiyakan oleh Kang Apep (E27).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya