Lebih lanjut menurutnya, implementasi kurikulum merdeka menekankan perlunya siswa-siswi berkarya dalam beragam panggung. Pada pameran kali ini, selain melukis dilibatkan juga kolaborasi dari panggung kuliner tradisional Karo, budaya, bahasa, dan seni musik.
Dari hasil pengamatan kami, daya kritis anak-anak yang tampak melalui lukisannya beberapa di antaranya sorotan tentang kerusakan lingkungan, flora dan fauna, pengaruh media sosial bagi generasi saat ini, dan berbagai hal seputar kehidupan anak-anak beranjak remaja dari sudut pandang anak-anak usia SMP.
Makna Tema "Melihat Dunia, Menjadi Manusia"
Tema pameran ini terkait dengan kisah Bartimeus sebagaimana tertulis di dalam Alkitab, pada kitab Markus Pasal 10 ayat 46-52. Bartimeus adalah seorang pengemis yang buta dan begitu bersikeras ingin bertemu dengan Yesus untuk memohon belas kasihan-Nya.
Kendati orang-orang di sekitarnya menegur dan menyuruhnya menjahit bibirnya, dia tetap berusaha dengan berseru-seru memanggil Yesus, orang Nazaret itu. Oleh karena usaha, keteguhan hati, dan juga imannya, dia pun dapat berjumpa dengan Yesus dan mengalami kesembuhan, Bartimeus kini kembali melihat dunia.
Bagaimana kenyataan manusia dewasa ini? Semakin dewasa, manusia ternyata semakin buta dalam banyak hal. Lalu, bagaimana kita mungkin menjadi manusia jika mata kita buta? Kita semakin kehilangan daya untuk melihat dunia dengan baik.
Manusia lebih mudah tergoda dengan tampilan luar atau kulit semata. Manusia kini semakin mudah menjadi "malas" menemukan esensi berbagai hal karena tergoda kenikmatan yang instan.
Rasa ingin tahu yang melahirkan berbagai pertanyaan atas dunia ini, sebagaimana Bartimeus, mendorongnya untuk berani menjumpai Yesus. Ketika matanya kembali mampu melihat, pada saat itulah ia perlahan-lahan mulai menemukan jawaban atas rasa ingin tahunya itu.
Kita semestinya memilih menjalani hidup sebaik-baiknya, menjadi orang yang bermakna bagi sesama dan kehidupan. Tetapi bagaimana mungkin kita dapat menjadi manusia, jika mata tidak dapat melihat dunia? Bagaimana kita bisa melihat dunia, jika rasa ingin tahu kita tidak lagi pada sesuatu yang esensial?