Mohon tunggu...
Teopilus Tarigan
Teopilus Tarigan Mohon Tunggu... ASN - Pegawai Negeri Sipil

Pro Deo et Patria

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

"Melihat Dunia, Menjadi Manusia", Pameran Lukisan di Museum Jantung Kota

10 Juni 2023   12:53 Diperbarui: 10 Juni 2023   13:44 1061
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
"Melihat Dunia, Menjadi Manusia", Pameran Lukisan di Museum Jantung Kota, Berastagi, 6/6/2023 (Dok. Pribadi)

"Bapak/ Ibu, komunitas lukis SMP Santa Maria Kabanjahe akan mengadakan pameran mulai besok, 6 Juni sampai dengan tanggal 17 Juni 2023, bertempat di Museum Pusaka Karo, Berastagi. Jika berkenan, boleh ikut hadir melihat karya anak-anak kita. Terima kasih."

Demikian isi pesan singkat yang disampaikan oleh salah seorang guru di grup WhatsApp yang juga beranggotakan para orang tua siswa SMP Swasta Santa Maria Kabanjahe pada Senin, 5 Juni 2023 yang lalu.

Saya bersama istri berencana menghadiri pameran lukisan itu. Si sulung ikut berperan serta memajang 3 buah lukisannya pada acara itu, bersama puluhan karya rekan-rekan dan dua orang guru di sekolahnya.

Ada perasaan senang, dan bangga tentu saja. Terkenang ketika 3 tahun yang lalu saat si sulung masuk SMP, dia berencana ikut kegiatan ekstrakurikuler melukis.

Saya agak kebingungan juga, karena melukis adalah kegiatan yang sepengetahuan kami tidak begitu ada pelakunya di kampung ini. Aku tidak pernah mengetahui ada komunitas melukis di sini, apa lagi yang sampai mengadakan pameran lukisan.

Syukurlah, dua tahun belakangan ini terbentuk komunitas melukis di SMP Swasta Santa Maria Kabanjahe. Komunitas melukis ini sebenarnya pertama kali melaksanakan pamerannya pada 11 Februari 2023 yang lalu, bertempat di selasar gedung sekolah ini, bersamaan dengan acara pertemuan para orang tua siswa dengan guru-guru di sekolah.

Pameran lukisan karya anak-anak SMP Santa Maria Kabanjahe, 11/2/2023 (Dok. Pribadi)
Pameran lukisan karya anak-anak SMP Santa Maria Kabanjahe, 11/2/2023 (Dok. Pribadi)

Pameran lukisan karya anak-anak SMP Santa Maria Kabanjahe, 11/2/2023 (Dok. Pribadi)
Pameran lukisan karya anak-anak SMP Santa Maria Kabanjahe, 11/2/2023 (Dok. Pribadi)

Pameran lukisan karya anak-anak SMP Santa Maria Kabanjahe, 11/2/2023 (Dok. Pribadi)
Pameran lukisan karya anak-anak SMP Santa Maria Kabanjahe, 11/2/2023 (Dok. Pribadi)

Pembukaan Pameran, Selasa (6/6/2023)

Tajuk pameran lukisan kali ini, yang dilaksanakan di Museum Pusaka Karo, Berastagi, juga sangat menarik, "Melihat Dunia, Menjadi Manusia" dengan lukisan bola mata sebagai ikonnya.

"Melihat Dunia, Menjadi Manusia", Pameran Lukisan di Museum Jantung Kota, Berastagi, 6/6/2023 (Dok. Panitia Pameran Lukisan)

Kami tiba di lokasi acara pada pukul 17.13 WIB. Sudah lewat satu jam yang lalu acara pembukaan pameran lukisan ini dilaksanakan. Pilihan melaksanakan pameran lukisan karya anak-anak sekolah di museum ini menurut saya merupakan sebuah ide yang brilian.

Orang tua siswa, pengunjung pameran, dan siswa-siswi yang hadir bisa menikmati hasil karya seni lewat lukisan anak-anak sambil meluhurkan museum dan memuliakan kebudayaan.

Barangkali, masih banyak di antara yang hadir belum pernah mengunjungi museum yang berada di jantung kota Berastagi ini. Terlihat sederhana, tapi menyimpan begitu banyak peninggalan budaya Karo berikut informasinya.

Baca juga: Mengunjungi Museum Pusaka Karo, Koleksi Warisan Budaya di Jantung Kota Berastagi

Kami disambut oleh iringan musik tradisional Karo yang juga dimainkan oleh anak-anak dari komunitas seni musik tradisional Karo SMP Santa Maria Kabanjahe. Petikan dawai kulcapi (kecapi Karo) dan ketukan keteng-keteng (semacam alat musik perkusi dari bambu) memainkan irama lagu "odak-odak", dilanjutkan "kabang kiung", dan "si lengguri." Itu adalah rangkaian tiga lagu yang dimainkan secara medley mulai dari tempo lambat, sedang, hingga cepat.

Bersama anak-anak dari komunitas seni musik tradisional Karo - SMP Santa Maria Kabanjahe (Dok. Pribadi)
Bersama anak-anak dari komunitas seni musik tradisional Karo - SMP Santa Maria Kabanjahe (Dok. Pribadi)

Pemain kulcapi itu bernama Ronaldo Kembaren, ia berasal dari desa Pola Tebu, sebuah desa yang termasuk kawasan Liang Melas Datas (LMD) yang pada beberapa waktu lalu sempat viral karena warganya datang membawa jeruk ke istana negara untuk menemui Presiden Joko Widodo agar memperbaiki jalan ke desanya. Sekarang jalan ke desa itu sudah bagus.

Ronaldo saat ini duduk di bangku kelas IX SMP Santa Maria Kabanjahe. Dia bermain kulcapi sejak kelas VIII. Komunitas musik tradisional ini beranggotakan enam orang pemain kulcapi, enam orang pemain keteng-keteng, dan satu orang pemain gendang penganak. Mereka berlatih di sekolah setiap hari Senin dan Rabu.

Informasi dari Pak Tappin Saragih, pembina komunitas melukis di SMP Swasta Santa Maria Kabanjahe ini, pada pameran lukisan kali ini dipamerkan sebanyak 70 buah lukisan. Katanya, tema pameran "Melihat Dunia, Menjadi Manusia" ini dimaksudkan agar anak-anak semakin membuka mata, karena saat ini manusia sering kali lupa melihat berbagai hal di sekitarnya oleh karena berbagai sebab.

Seorang peserta pameran lukisan bersama pak Tappin Saragih, pembina komunitas melukis SMP Santa Maria Kabanjahe (Dok. Pribadi)
Seorang peserta pameran lukisan bersama pak Tappin Saragih, pembina komunitas melukis SMP Santa Maria Kabanjahe (Dok. Pribadi)

Pengunjung pameran juga diajak bereflkesi agar semakin peka melihat sekitarnya, semakin berempati, hingga mereka semakin memahami tujuan hidupnya. Pameran ini digelar secara kolaboratif, antara beberapa komunitas di sekolah, yakni komunitas melukis, seni musik tradisional, kuliner tradisional, dan komunitas bahasa Inggris. Tujuannya adalah agar semuanya bisa bertumbuh bersama, maju bersama sebagai komunitas di sekolah.

Kolaborasi menjadi strategi yang semakin penting pada saat ini untuk kita mampu hidup dan tumbuh bersama-sama. Alih-alih berkompetisi yang sering kali malah mematikan pihak lain, karena seringkali apa pun dilakukan agar bisa menang dalam sebuah perlombaan.

Menurut pak Saragih yang berinteraksi langsung dengan anak-anak dalam komunitas melukis ini, bahwa walaupun masih duduk di bangku SMP, anak-anak ini sudah menunjukkan cara berpikir kritis. Mereka mampu melahirkan ide-ide yang tak terduga lewat lukisannya.

Lukisan anak SMP Santa Maria Kabanjahe yang berjudul
Lukisan anak SMP Santa Maria Kabanjahe yang berjudul "Jadilah Terang" (Dok. Pribadi)

Lukisan anak SMP Santa Maria Kabanjahe yang berjudul
Lukisan anak SMP Santa Maria Kabanjahe yang berjudul "Si Tunda Kais" (Dok. Pribadi)

Oleh sebab itu, katanya mereka sebagai guru tidak pernah merasa lebih baik dalam segalanya dari para siswa. Guru di sana lebih menempatkan diri sebagai pendamping, karena sering kali dalam banyak hal guru justru belajar dari anak-anak juga.

Menurutnya, beberapa kendala dalam pengembangan komunitas melukis ini adalah masih adanya perasaan kurang percaya diri dari beberapa siswa padahal mereka memiliki potensi, serta kendala dari lingkungan si anak, misalnya kurangnya dukungan orang tua dan keluarga atas pilihan anak untuk melukis.

Pak Tappin sebenarnya seorang lulusan jurusan seni musik dari Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta Tahun 2015, tapi ia juga menyenangi seni lukis. Terbentuknya komunitas melukis di SMP Santa Maria juga turut dipengaruhi oleh kerinduannya akan hadirnya suasana berkesenian di Tanah Karo seperti di Yogyakarta.

"Kalau di Yogya,  kita bisa setiap hari mengunjungi pameran lukisan, tapi nyaris tidak pernah melihat pameran lukisan di Kabanjahe," katanya. Saya juga baru ini kedua kalinya melihat pameran lukisan di kota ini, yang pertama kali adalah ketika pameran lukisan di sekolah SMP Santa Maria Kabanjahe pada 11 Februari 2023 yang lalu itu.

Lebih lanjut menurutnya, implementasi kurikulum merdeka menekankan perlunya siswa-siswi berkarya dalam beragam panggung. Pada pameran kali ini, selain melukis dilibatkan juga kolaborasi dari panggung kuliner tradisional Karo, budaya, bahasa, dan seni musik.

Dari hasil pengamatan kami, daya kritis anak-anak yang tampak melalui lukisannya beberapa di antaranya sorotan tentang kerusakan lingkungan, flora dan fauna, pengaruh media sosial bagi generasi saat ini, dan berbagai hal seputar kehidupan anak-anak beranjak remaja dari sudut pandang anak-anak usia SMP.

Lukisan anak SMP Santa Maria Kabanjahe yang berjudul
Lukisan anak SMP Santa Maria Kabanjahe yang berjudul "Technological Poison" (Dok. Pribadi)

Lukisan anak SMP Santa Maria Kabanjahe yang berjudul
Lukisan anak SMP Santa Maria Kabanjahe yang berjudul "Kehampaan" akibat tarikan media sosial (Dok. Pribadi)

Makna Tema "Melihat Dunia, Menjadi Manusia"

Tema pameran ini terkait dengan kisah Bartimeus sebagaimana tertulis di dalam Alkitab, pada kitab Markus Pasal 10 ayat 46-52. Bartimeus adalah seorang pengemis yang buta dan begitu bersikeras ingin bertemu dengan Yesus untuk memohon belas kasihan-Nya.

Kendati orang-orang di sekitarnya menegur dan menyuruhnya menjahit bibirnya, dia tetap berusaha dengan berseru-seru memanggil Yesus, orang Nazaret itu. Oleh karena usaha, keteguhan hati, dan juga imannya, dia pun dapat berjumpa dengan Yesus dan mengalami kesembuhan, Bartimeus kini kembali melihat dunia.

Bagaimana kenyataan manusia dewasa ini? Semakin dewasa, manusia ternyata semakin buta dalam banyak hal. Lalu, bagaimana kita mungkin menjadi manusia jika mata kita buta? Kita semakin kehilangan daya untuk melihat dunia dengan baik.

Manusia lebih mudah tergoda dengan tampilan luar atau kulit semata. Manusia kini semakin mudah menjadi "malas" menemukan esensi berbagai hal karena tergoda kenikmatan yang instan.

Rasa ingin tahu yang melahirkan berbagai pertanyaan atas dunia ini, sebagaimana Bartimeus, mendorongnya untuk berani menjumpai Yesus. Ketika matanya kembali mampu melihat, pada saat itulah ia perlahan-lahan mulai menemukan jawaban atas rasa ingin tahunya itu.

Kita semestinya memilih menjalani hidup sebaik-baiknya, menjadi orang yang bermakna bagi sesama dan kehidupan. Tetapi bagaimana mungkin kita dapat menjadi manusia, jika mata tidak dapat melihat dunia? Bagaimana kita bisa melihat dunia, jika rasa ingin tahu kita tidak lagi pada sesuatu yang esensial?

Lukisan anak SMP Santa Maria Kabanjahe (Dok. Pribadi)
Lukisan anak SMP Santa Maria Kabanjahe (Dok. Pribadi)

Salah satu sudut pameran lukisan anak-anak SMP Santa Maria Kabanjahe di Museum Pusaka Karo, Berastagi (Dok. Pribadi)
Salah satu sudut pameran lukisan anak-anak SMP Santa Maria Kabanjahe di Museum Pusaka Karo, Berastagi (Dok. Pribadi)

Mengutip kalimat pak Tappin Saragih, "Mencipta adalah proses menjadi manusia lewat kegiatan memotret kehidupan atau kematian. Mencipta adalah proses merawat rasa ingin tahu terhadap yang esensial."

Sebagai orang tua siswa, kami bersyukur karena komunitas melukis ini hadir dan menggelar pameran karya, meskipun mungkin masih sangat sederhana. Lebih dari itu, di dalam prosesnya, dua puluh dua orang pelukis yang pada hari itu mempersembahkan karyanya sebenarnya telah melewati proses kontemplasi dan refleksi atas apa yang mereka lihat dengan mata, menuangkannya di atas media sebagai bentuk respon jiwa dan raga ketika berjumpa dengan esensi kehidupan atau kematian.

Ketika suatu karya selesai, karya berikutnya dimulai. Mencipta adalah proses menjadi yang tidak akan pernah usai selama hayat dikandung badan.

Selamat berkarya kepada anak-anak kami. Pameran ini adalah bentuk perayaan kalian untuk belajar menjadi manusia. Terima kasih, kepada Bapak dan Ibu guru, yang telah benar-benar menjadi guru, meletakkan hatinya dalam pendidikan anak-anak kami.

Kutipan dari Romo Y.B. Mangunwijaya di dinding sekolah SMP Santa Maria Kabanjahe (Dok. Pribadi)
Kutipan dari Romo Y.B. Mangunwijaya di dinding sekolah SMP Santa Maria Kabanjahe (Dok. Pribadi)

"Di mana hati diletakkan, di situ proses belajar dan maju dimulai."  Kiranya semakin banyak hadir sekolah-sekolah dengan guru-guru yang mendidik dan mengajar anak-anak dengan hati. Anak-anak yang tetap mampu memelihara rasa ingin tahu, berani membuka mata selebar-lebarnya untuk merekam, menemukan informasi, dan mengubahnya menjadi pengetahuan yang baik, memberikan dampak yang baik bagi kehidupan di dunia.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun