Kata pak Seliadi, bangunan asli masjid ini masih dipertahankan hingga kini. Adapun bagian-bagian yang diperbaiki hanya berupa kerusakan-kerusakan minor akibat sudah lapuk dimakan usia.
Dulunya kata pak Seliadi, ada bangunan teras masjid berbentuk leter L. Namun, karena ruang utama masjid perlu dilebarkan jadi teras masjid itu sudah dirombak, tidak ada lagi. Barangkali ini terkait dengan jumlah umat yang bertambah seiring waktu.
Wasana Kata
Sejarah dan riwayat adalah aspek eksistensialis yang jelas penting dalam kehidupan manusia. Informasi terkait apa, oleh siapa, di mana, kapan, mengapa, dan bagaimana dulu awalnya masjid ini dibangun tentu saja penting diketahui oleh generasi saat ini, agar peninggalan yang mencakup sekaligus nilai religiusitas dan nasionalitas yang berharga pada Masjid Raya 1928 Berastagi ini bisa tetap dijaga dan dilestarikan.
Namun, yang lebih penting lagi untuk dijaga dan dipelihara adalah nilai-nilai persaudaraan, toleransi, dan kerukunan antar umat dengan masyarakat di sekitar masjid yang sangat terjaga hingga saat ini. Itu adalah nilai-nilai utama yang patut untuk tetap dijaga dan dihidupi.
Kata pak Seliadi, biasa kalau pada saat hari-hari besar keagamaan umat Islam, misalnya seperti pada saat hari raya Idul Fitri, antar umat beragama saling menunjukkan silaturahmi dan toleransi. Misalnya bagaimana pabrik tembakau STTC Siantar pernah mengantarkan sumbangan beras ke masjid untuk diberikan ke umat pada saat lebaran. Atau warga masyarakat Berastagi dari etnis Tionghoa yang memberikan sembako untuk dibagikan ke umat menjelang lebaran.
Di halaman depan masjid yang juga menjadi halaman sekolah SD Swasta Al-Washliyah Berastagi ini berdiri tiang bendera dengan bendera merah putih yang berkibar berlatar langit biru berhiaskan awan yang berarak. Setelah puas berbincang-bincang, saya pun pamit ke pak Seliadi.Â