Pada perkembangan selanjutnya dilakukan pembangunan gereja Lau Simomo dengan dukungan seluruh warga jemaat yang umumnya adalah pasien pengidap kusta dan para pegawai rumah sakit. Pembangunan gereja Lau Simomo ini dilakukan di bawah pimpinan H. G. Van Eelen.
Dindingnya terbuat dari papan pilihan, atapnya pada awalnya terbuat dari kayu sirip yang didatangkan secara khusus ke Lau Simomo, jendelanya dari kaca berwarna-warni, dan dilengkapi dengan organ pipa yang cukup besar yang dioperasikan dengan cara diengkol.
Gereja Lau Simomo diresmikan pada 9 Desember 1923. Sampai  dengan saat ini, di usianya yang menjelang 100 tahun, bangunan GBKP Lau Simomo adalah salah satu bangunan gereja terindah di lingkungan GBKP.
Baca juga:Â Mengagumi Bangunan Kaya Makna, Gereja GBKP Lau Simomo Menjelang Seabad Usianya
2. Lapangan Sepak Bola Lau Simomo
Pada masa pelayanan Pdt. L. Jansen Schoon Hoven di Lau Simomo (1934-1943), ia mendirikan kesebelasan sepak bola bernama Club Madjoe yang terdiri dari pegawai dan staf rumah sakit kusta Lau Simomo. Ia juga mendirikan grup musik tiup Lau Simomo.
Kesebelasan Club Madjoe ini melanglang buana bertanding melawan kesebelasan lain di daerah Sumatera Timur. Nama Club Madjoe pada masa itu terkenal di seluruh daerah Sumatera Timur.
Pada masa itu di Lau Simomo dibangun juga lapangan sepak bola yang dilengkapi dengan lampu-lampu sehingga bisa menggelar latihan dan pertandingan pada malam hari. Lapangan sepak bola ini menjadi satu-satunya lapangan sepak bola dengan kualitas yang sangat baik di Tanah Karo pada masa itu.