Mohon tunggu...
Teopilus Tarigan
Teopilus Tarigan Mohon Tunggu... ASN - Pegawai Negeri Sipil

Pro Deo et Patria

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menapaki Jejak Gereja Pertama dan Jalur "Perlanja Sira" di Buluh Awar

15 Februari 2023   02:43 Diperbarui: 17 Februari 2023   09:35 3612
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Baca juga: Mengagumi Bangunan Kaya Makna, Gereja GBKP Lau Simomo Menjelang Seabad Usianya

Dalam catatan pribadi Pt. Em. Mengkat Barus, pada 16 April 1986, dalam perayaan pengumpulan dana pembangunan gedung gereja GBKP Buluh Awar di desa Tiang Layar,  Kecamatan Sibolangit, di mana beliau ikut menjadi panitianya, beliau menciptakan sebuah lagu berjudul "Buluh Awar." Ada satu lagu lagi berjudul "Buluh Awar" diciptakan oleh Pdt. Soerya Ketaren, yang dirilis pada Januari 2020. Saat tulisan ini dibuat, jemaat GBKP di Buluh Awar dilayani oleh Pdt. Wilson Tarigan.


Jejak Jalur "Perlanja Sira" di Buluh Awar

Mengutip sebuah catatan sejarah suku Karo menurut Kol. (Purn) Sempa Sitepu dari buku "Sejarah Pijer Podi, Adat Nggeluh Suku Karo Indonesia" beliau mengemukakan silsilah etnis Karo yang diperoleh dari cerita lisan secara turun temurun yang dia dengar sendiri dari kakeknya yang lahir sekitar tahun 1838.

Menurutnya, leluhur etnis Karo berasal dari India Selatan berbatasan dengan Myanmar. Menurut cerita itu, pada awalnya seorang maharaja yang sangat kaya, sakti, dan berwibawa tinggal di sebuah negeri bersama permaisuri dan putra-putrinya yang terletak sangat jauh di seberang lautan.

Kerajaan itu mempunyai seorang panglima perang yang sangat sakti, berwibawa, dan disegani semua orang, bernama Karo. Pada suatu ketika, maharaja ingin pergi dari negerinya untuk mencari tempat yang baru dan mendirikan kerajaan baru. Raja mengajak putrinya yang bernama Miansari untuk ikut serta dalam perjalanan itu.

Miansari jatuh cinta kepada panglima perang kerajaan itu. Miansari satu kelompok perjalanan dengan sang panglima perang, mereka berlayar menyeberangi lautan dengan rakit yang mereka buat sendiri.

Mereka tiba si sebuah pulau yang bernama Pulau Pinang. Mereka tinggal di tempat itu untuk beberapa bulan, dan hidup di sana dari hasil berburu.

Suatu hari maharaja memandang ke sebelah selatan dan melihat sebuah pulau yang lebih luas dan lebih hijau dari tempat mereka saat itu. Ia pun berniat menyeberang ke sana.

Dalam perjalanan mereka di tengah laut, mereka dilanda angin ribut dan ombak yang sangat besar sehingga rombongan tercerai-berai. Tanpa dinyana, rombongan Miansari dan panglima perang itu terdampar di sebuah pulau yang tidak mereka kenal, mereka terpisah dari rombongan maharaja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun