Akses jalan sudah cukup baik dengan kondisi jalan aspal hotmix, meskipun ada beberapa titik dengan kondisi kerusakan sedang tapi tetap dapat dilalui kendaraan roda dua dan roda empat. Terutama pada saat ini, pengunjung danau Lau Kawar juga semakin banyak berasal dari daerah Langkat, karena akses jalan tembus Langkat -- Karo yang sudah bagus dan bisa ditempuh kurang dari 2 jam saja dari kota Binjai.
Danau Lau Kawar memang memiliki pesona alam yang eksotis sekaligus terlindung oleh penjagaan Sinabung dan puncak Lancuk yang terkesan mistis. Deleng Lancuk adalah salah satu puncak di kawasan lindung sekitar danau Lau Kawar yang bertetangga dengan gunung Sinabung.
Danau Lau Kawar berada dalam lindungan gunung Sinabung pada sebuah rentang masa kejayaan yang cukup panjang, lebih dari 400 tahun hingga erupsi kembali pada 2010. Keduanya telah dikenal oleh warga sekitar Tanah Karo sebagai simbol kesuburan dan kesatuan kultural masyarakat Karo. Namun, ia juga ternyata dapat menebarkan ancaman bahaya melalui erupsi.
Sinabung sudah cukup lama tidak menunjukkan aktivitas yang mengancam dan membahayakan beberapa waktu belakangan ini. Namun, perlu mengenal riwayat erupsi Sinabung sebagai upaya untuk bisa lebih adaptif hidup berdampingan dengan sumber berkat sekaligus ancaman. Danau Lau Kawar adalah sebuah destinasi wisata eksotis yang perlu dijaga kelestariannya.
Kabut turun menyelimuti permukaan danau, begitu pun puncak Sinabung di sebelahnya yang semakin berselimut kabut pekat. Suhu udara terasa semakin dingin menusuk tulang, pertanda sudah saatnya kembali pulang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H