Mohon tunggu...
Teopilus Tarigan
Teopilus Tarigan Mohon Tunggu... ASN - Pegawai Negeri Sipil

Pro Deo et Patria

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Melacak Jejak Sejarah yang Terselip di Pulau Tuangku

31 Mei 2022   13:07 Diperbarui: 1 Juni 2022   01:13 1376
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menariknya, hampir sama dengan kisah Datuk Berempat dalam sejarah kerajaan di Pulau Tuangku, Tanah Tinggi Karo pada masa lalu juga diperintah oleh Raja Berempat yang terdiri dari 5 lanskap yang masing-masing dikepalai oleh raja bergelar Sibayak. Kelima lanskap itu terdiri dari lanskap Lingga, lanskap Suka, lanskap Barusjahe, lanskap Sarinembah, dan lanskap Kutabuluh.

Menurut Alexander Randa, kira-kira pada 12.000 tahun Sebelum Masehi, terjadi perpindahan bangsa Negrito dari Afrika masuk ke daratan Asia dan terus ke Asia Tenggara. 

Sebagian sangkut di Sailan India Selatan dan berasimilasi menjadi bangsa Weda. Setelah itu pergi lagi dan mendiami pantai Barat Sumatera. Dari uraian tersebut dapat diketahui bahwa telah terjadi percampuran ras sejak dahulu kala di Pulau Sumatera.

Kedatangan suku Hindu Padang dan suku Hindu Tamil ke daerah permukiman suku bangsa Haru/Harau/Karo, yang berdiam di daerah sepanjang Bukit Barisan, mulai dari Simalungun Atas terus ke lembah kaki gunung Selawah Aceh Besar pada sekitar penghujung abad ke-12 dan permulaan abad ke-13 Masehi. Menjadi menarik, sebab di wilayah kerajaan Pagaruyung juga ada sebuah tempat bernama lembah Harau, yang merupakan lanskap bentang alam dengan panorama yang sangat mempesona.

 Tempat wisata Lembah Harau, Sumatera Barat (SHUTTERSTOCK via Kompas.com) 
 Tempat wisata Lembah Harau, Sumatera Barat (SHUTTERSTOCK via Kompas.com) 

Itu sebabnya bahasa dan adat-istiadat suku bangsa Simalungun, Karo, Alas, Gayo, Pakpak, Singkil, dan Keluat lebih banyak persamaannya dari pada perbedaannya. Sebabnya karena suku-suku bangsa ini berasal dari rumpun bangsa Haru. Demikian menurut Brahma Putro.

Salah satu kesamaannya adalah dalam hal dialek. Karena diikat oleh suatu dialek bahasa yang hampir sama, baik suku bangsa Simalungun, Karo, Alas, Gayo, Pakpak, Singkil, maupun Keluat akan saling mengerti maksud masing-masing meskipun menggunakan bahasanya masing-masing.

Di daerah Karo, Pakpak, Toba, Simalungun Atas, Singkil, Keluat, Alas, Gayo, dan terus ke lembah Aceh Besar berpengaruh besar agama Hindu. Terlihat dari peninggalan candi dan arca, golongan marga (Sembiring Singombak), dan kata-kata dalam bahasa Sanskerta/Kawi dalam perbendaharaan kata-kata pada suku-suku bangsa ini tadi.

Agama Hindu adalah agama yang dianut oleh raja Mulawarman dari Kutai, dan Purnawarman dari Taruma Negara. Agama ini berkembang pesat pada abad ke-13 Masehi, penganutnya termasuk juga Raja Kertanegara dan Raja Adytiawarman dari Pagaruyung, Sumatera Barat.

Hubungan Kerajaan Pagaruyung dan Kerajaan Haru (Karo), salah satu anak Raja Pagaruyung (pewaris tahta, ditandai dengan senjata kerajaan Pisau Bala Bari dan Stempel kerajaan ada padanya) menjadi Sembiring Kembaren.

Nenek moyang salah satu keturunan sub marga Sembiring keturunan Hindu Padang diyakini masuk ke wilayah kerajaan Haru di wilayah Alas dan Pakpak pada pertengahan abad ke-12 pada sekitar 1180-an Masehi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun