Kedua orang itu pun berdamai. Tutuwuon mengajak keduanya untuk menetap bersama-sama membangun perkampungan di Pulau Tuangku.
Selain Lawowek dan Lasengak, Tutuwuon juga mengajak Huta Barat agar pindah dari Air Dingin ke Pulau Tuangku. Kemudian diajaknya juga seorang bernama Malikul Beraya yang tinggal di Pulau Aisakhu Tua untuk pindah dan menetap di Pulau Tuangku.
Kelima orang yang bersama-sama membangun permukiman di Pulau Tuangku itu akhirnya bermusyawarah untuk menentukan siapa yang akan menjadi raja di Pulau Tuangku tersebut. Karena kata mufakat susah didapat, dari hasil musyawarah diputuskan untuk mengutus Malikul Baraya agar menjemput raja ke Pagaruyung, untuk menjadi pemimpin mereka di Pulau Tuangku.
Singkat cerita, setelah Malikul Baraya bertemu dengan Tuanku Sultan yang berdaulat di Pagaruyung, ia mengutus adiknya yang bungsu bernama Sultan Malingkar Alam untuk menjadi raja yang berdaulat di Pulau Tuangku. Sultan Malingkar Alam berkuasa didampingi oleh imam bernama Malikul Kudus, dan seorang panglima untuk memerintah atas rakyat di Tulale atau Pulau Tuangku.
Itulah awal masa kedaulatan kerajaan di Pulau Tuangku. Sementara itu, kelima pemukim pertama di Pulau Tuangku masing-masing sebagai berikut, Malikul Baraya menjadi khotip, Tutuwoun menjadi Datuk Besar, Lawowek menjadi Datuk Maha Raja, Lasengak menjadi Datuk Mudo, dan Hutabarat menjadi Datuk Pamuncak.Â
Keempat datuk ini disebut juga sebagai Datuk Berempat yang bertugas membantu raja memerintah rakyat kerajaan.
Nama desa Haloban yang dalam perjalanan kerajaan sempat menjadi ibu kota berasal dari kata "Alaban". Itu adalah nama jenis kayu yang banyak terdapat di pulau itu pada saat perkampungan itu dibuka.
Pemerintahan kerajaan oleh Sultan Alam di Haloban semakin menumbuhkan kampung- kampung baru. Di antaranya adalah kampung Asantola, kampung Lamo, Teluk Nibung, dan Pulau Balai.
Dekat dengan Pulau Tuangku ada pulau bernama Bangkaru. Keunikan dan pesona ombak pulau ini pertama sekali ditemukan oleh seorang peselancar bernama Marcus Keeshan pada tahun 2001. Ia pernah mempublikasikan kehebatan ombak pulau Bangkaru sebagai lokasi selancar (surfing) terbaik di dunia.
Baca juga: Pesona Pulau Palambak
Hubungan Kerajaan Pagaruyung dengan Kerajaan Haru