Kawasan Danau Aek Natonang ini rencananya akan dijadikan sebagai kawasan kebun botani atau arboretum untuk tujuan wisata, dengan luas area sekitar 65 hektar. Panorama danau ini terasa semakin lengkap dengan padang rumput seperti sabana yang dikelilingi hutan pinus.
Untuk masuk ke lokasi dipungut biaya seharga Rp5.000 per orang. Di sekitar tempat parkir juga sudah mulai ada penduduk yang berjualan makanan dan minuman ringan. Harganya juga sama dengan harga standar di warung-warung pada umumnya.
Ternyata Danau di atas Danau Toba Tidak Hanya Satu
Dari danau Aek Natonang kami memutuskan memilih jalan alternatif melalui Ronggur Nihuta untuk menuju ke jembatan Tano Ponggol di Pangururan. Rute sejauh 36 km ini dapat ditempuh dalam 1 jam 8 menit perjalanan.
Rute ini bisa dibilang adalah lintasan jalan beraspal yang paling tinggi di Samosir. Jalan terentang sepanjang puncak bukit melalui hutan, di mana sebelah kiri jalan vegetasinya beragam sedangkan sebelah kanan jalan vegetasinya didominasi pepohonan eukaliptus atau kayu putih.
Di beberapa titik rute perjalanan ini, kita juga bisa menemukan banyak embung mulai dari yang berukuran kecil hingga yang cukup luas. Sekitar 8 kilometer menjelang Pangururan, kita akan menemukan salah satu embung yang sangat luas, yang dinamakan danau Sidihoni.
Luas danau ini lebih kurang 50 rante atau sekitar 20.000 m2 atau 2 hektar. Rante adalah satuan ukuran luas yang banyak dipakai oleh masyarakat tradisional di Sumatera Utara, di mana ukuran 1 rante setara dengan 400m2.
Walaupun danau Sidihoni bisa dikatakan berada di puncak daratan, tapi airnya tidak pernah kering. Semula danau ini bernama "diahoni", yang artinya diantar makanannya.