Semua tempat yang akan kita lintasi ini pada dasarnya adalah bagian-bagian di dalam sebuah kawah raksasa atau kaldera dari super volcano purba, Gunung Toba, yang dahsyat itu.
Kali ini kita akan melanjutkan perjalanan untuk melihat sisi lain wajah kaldera Toba di rute perjalanan searah berikutnya dari geosite Tuktuk, menuju desa wisata Tomok, lalu ke desa Huta Ginjang, untuk seterusnya menuju lokasi danau di atas danau Toba.
Adalah danau Aek Natonang. Danau ini berlokasi di Desa Tanjungan, Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir.
Jarak dari kawasan wisata Tuktuk Siadong ke danau Aek Natonang sekitar 24 km, dan dapat ditempuh dalam waktu sekitar 48 menit. Kondisi jalan beraspal hotmix, tapi pengendara patut selalu waspada karena jalanan berliku dan terus menanjak menuju lokasi yang berada di ketinggian 1.499 mdpl, dan ada beberapa titik bekas longsoran yang cukup rawan bagi keselamatan pengendara.
Selain itu, di beberapa titik kita bisa menyaksikan air terjun yang mengalir dari atas bukit menyusuri tebing-tebing. Ada yang berada tepat di pinggir jalan, dan ada juga yang hanya bisa dilihat dari kejauhan.
Sepanjang perjalanan sering kali kita jumpai ternak kerbau warga, entah sendiri-sendiri atau dalam kawanan, yang merumput di hamparan padang rumput mirip sabana yang banyak terdapat di tempat ini. Sesekali tampak pula anak-anak yang berjalan menyusuri jalan, karena memang tidak ada jasa angkutan umum menuju ke desa Tanjungan ini.
Aek Natonang berarti air yang tenang. Karena letaknya di atas puncak bukit pulau Samosir maka wajarlah disebut sebagai danau di atas danau. Pulau Samosir sendiri berada di tengah Danau Toba.
Menariknya, sumber air untuk danau yang bisa juga dikatakan sebagai embung raksasa ini adalah langsung dari dalam perut bumi dan tentu saja ditambah air hujan yang tertampung sedemikian rupa. Selain sebagai sumber pengairan bagi sawah warga, sumber air minum untuk ternak, tentu saja menjadi lokasi wisata yang potensial.