Mohon tunggu...
Teopilus Tarigan
Teopilus Tarigan Mohon Tunggu... ASN - Pegawai Negeri Sipil

Pro Deo et Patria

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Seni Topeng pada Suku Karo dalam "Gundala-Gundala" (Tembut-Tembut Seberaya)

9 April 2022   00:45 Diperbarui: 9 April 2022   10:40 4462
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pementasan gundala-gundala (tembut-tembut Seberaya) dimainkan dengan cara ditarikan. Musik tarian diiringi dengan gendang yang disebut gendang lima sendalanen yang terdiri dari sarunai, gendang, gendang penganak, gung, penganaki (gung kecil) atau canang.

Lagu pengiring untuk pertunjukkan gundala-gundala ini terdiri dari lagu persentabin (tari persembahan untuk roh leluhur nenek moyang), lagu persembahan kepada pengetua adat/raja adat, lagu perang-perang, lagu tak tergut, dan lagu perang tua-tua (lagu penutup).

Kisah Cerita dalam Lakon Gundala-Gundala

Pada zaman dahulu, ada sebuah kerajaan di Tanah Karo dipimpin oleh seorang raja yang didampingi seorang permaisuri. Keluarga kerajaan ini sangat berbahagia dengan kehadiran seorang putri yang sangat cantik.

Ada seekor burung peliharaan dan kesayangan putri raja bernama Manuk Si Gurda-Gurdi. Ini adalah sejenis burung enggang dengan ekornya yang panjang. Burung  yang menarik perhatian semua orang ini menambah keceriaan keluarga raja.

Karena keanggunan Manuk Si Gurda-Gurdi terbersit keinginan sang putri raja untuk memamerkannya dalam sebuah pesta besar. Sang putri ingin mengajak burung ini menari bersama diiringi musik, dengan begitu ia bisa bebas membelainya.

Sang putri pun mengutarakan niatnya dan meminta izin raja serta permaisuri. Raja dan permaisuri mengabulkan permintaan sang putri, lalu mengundang semua rakyat kerajaan untuk menghadiri pesta itu sesuai permintaan sang putri.

Dalam kemeriahan pesta terjadilah satu hal yang sangat dipantangkan oleh Manuk Si Gurda-Gurdi. Ekornya yang panjang tidak boleh disentuh karena akan mengakibatkan kemarahan yang fatal dari Manuk Si Gurda-Gurdi. Tidak ada yang tahu dengan pantangan itu kecuali raja dan permaisurinya.

Semua orang bersuka cita, bersorak-sorai, menari bersama menikmati alunan musik. Sang putri yang larut dalam kesenangan memegang ekor Manuk Si Gurda-Gurdi. Akibatnya pesta menjadi kacau karena Manuk Si Gurda-Gurdi marah dan mengganas.

Sang putri dikejar oleh Manuk Si Gurda-Gurdi seakan ingin membunuhnya. Putri berlari mendekati sang raja dan permaisuri untuk berlindung di belakang mereka.

Raja dengan kesigapan dan kegagahannya berusaha melindungi keluarganya dari serangan Manuk Si Gurda-Gurdi. Manuk Si Gurda-Gurdi menyerang tapi raja pun tetap mempertahankan diri dan keluarganya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun