Mohon tunggu...
Teopilus Tarigan
Teopilus Tarigan Mohon Tunggu... ASN - Pegawai Negeri Sipil

Pro Deo et Patria

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Jejak Peninggalan Agama Hindu dari India di Tanah Karo

7 April 2022   15:59 Diperbarui: 7 April 2022   17:52 4260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Koleksi foto-foto upacara pembakaran mayat pada suku Karo tempo dulu (Foto: koleksi Museum Pusaka Karo)

Artefak Berupa Patung Kematian dalam Tradisi Pekualuh Seberaya

Model patung dan perahu kematian dalam Tradisi Pekualuh Seberaya terkait dengan kisah tentang marga Sembiring, yang disebut sebagai Sembiring singombak. 

Setiap delapan tahun sekali keluarga Sembiring singombak tersebut melaksanakan pesta adat kematian dengan menghanyutkan abu atau tulang-tulang dari keluarga atau leluhur mereka.

Jenazah atau tulang-tulang itu digali kemudian dibakar terlebih dahulu dan dimasukkan ke sebuah kotak atau pot dan diletakkan (ada juga yang ditaburkan) di dalam kapal yang disebut pelangkah. Kemudian pelangkah dihanyutkan ke sungai Lau Biang atau Lau Beringin, lalu dilempari dengan batu agar lebih mudah hanyut.

Miniatur pelangkah dalam tradisi Pekualuh Seberaya, koleksi Museum Pusaka Karo (Dok. Pribadi)
Miniatur pelangkah dalam tradisi Pekualuh Seberaya, koleksi Museum Pusaka Karo (Dok. Pribadi)

Tradisi yang dilakukan di sungai ini merupakan pengganti dari simbol kesatuan kultural dan spiritual yang terpaut dengan sungai Gangga di India.

Peti kayu yang berbentuk perahu dengan bagian kepalanya yang berbentuk seekor burung rangkong. Perahu itulah yang disebut pelangkah.

Pelangkah terletak di sisi samping rumah adat Karo. Pada sisi atas peti terdapat seorang laki-laki pada bagian depan yang biasanya menyandang sebuah senjata dan wanita diletakkan pada sisi bagian belakang.

Miniatur gana-gana dalam sosok laki-laki yang menyandang sebuah senjata di bagian depan perahu dalam tradisi Pekualuh Seberaya (Dok. Pribadi)
Miniatur gana-gana dalam sosok laki-laki yang menyandang sebuah senjata di bagian depan perahu dalam tradisi Pekualuh Seberaya (Dok. Pribadi)
Figur wanita adalah sosok seorang dukun atau guru sibaso. Patung-patung seperti ini terdapat pada perahu keluarga Sembiring.

Miniatur gana-gana dalam sosok wanita di atas perahu Pekualuh Seberaya adalah sosok seorang dukun atau guru sibaso (Dok. Pribadi)
Miniatur gana-gana dalam sosok wanita di atas perahu Pekualuh Seberaya adalah sosok seorang dukun atau guru sibaso (Dok. Pribadi)
Namun, ada juga dari marga Sembiring melaksanakan pembakaran mayat dan meletakkan abunya di dalam sebuah pot. 

Setelah masa Belanda menguasai dan menduduki wilayah Tanah Karo hal seperti ini tidak pernah lagi dilaksanakan, terutama karena datangnya misionaris yang membawa agama Kristen masuk ke Tanah Karo.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun