Dikutip dari laman kebudayaan.kemdikbud.go.id dijelaskan bahwa menilik dari asal kata marga Sinulingga, salah satu sub marga dari marga Karo, kemungkinan asalnya adalah dari kerajaan Kalingga di India.
Pelaksana acara Pekualuh Seberaya ini adalah cabang marga Sembiring singombak seperti Sembiring Meliala, Sembiring Brahmana, Sembiring Depari, Sembiring Colia, Sembiring Pandia, Sembiring Pelawi, Sembiring Muham, Sembiring Tekang, dan Sembiring Maha. Marga-marga Sembiring ini juga disebut sebagai Sembiring simantangken biang (klan marga yang tidak memakan daging anjing).
Menurut sejarahnya, marga Sembiring tersebut berasal dari India yang kemudian berasimilasi dengan suku Karo.Â
Acara seperti Pekualuh Seberaya yang dilakukan oleh mereka ini juga merupakan salah satu tradisi dengan nama lain yang dilakukan di India.
Selain dalam tradisi Pekualuh Seberaya, ada juga benda yang menunjukkan ciri jejak warisan agama Hindu di sebuah desa di Kecamatan Kutabuluh Kabupaten Karo. Benda itu adalah sebuah arca dengan gambaran wujud Dewa Wisnu.
Juga ada gapura yang menyerupai gapura bergaya Hindu. Coraknya mirip dengan gapura pada kerajaan Majapahit maupun kerajaan Mataram Hindu di Pulau Jawa.
Ini menegaskan adanya pengaruh agama Hindu di Tanah Karo yang datang dari India pada masa dahulu kala. Pengaruh agama Hindu dari India ini melahirkan kepercayaan atau agama awal suku Karo, yang disebut agama pemena.
Agama pemena ini mengenal adanya dibata datas atau Guru Batara, yang memiliki kekuasaan atas dunia atas atau angkasa, lalu ada dibata tengah atau Tuhan Padukah ni Aji, yang menguasai dan memerintah di bagian dunia yang kita huni ini, dan dibata teruh atau Tuhan Banua Koling, yang memerintah di bagian bawah bumi. Ini mirip dengan konsep Tri Murti pada agama Hindu dengan Dewa Brahma, Wisnu dan Shiwa.
Baca juga:Â Warisan Budaya yang Membuktikan bahwa Kita Semua Bersaudara