Menariknya, tak jauh dari kaki Deleng Sibuaten kini adalah kawasan relokasi Siosar yang menjadi permukiman para pengungsi korban erupsi Gunung Sinabung.Â
Deleng Sibuaten berdiri megah dan kokoh sebagai latar belakang kawasan relokasi Siosar, di mana hutannya masih belum banyak terjamah oleh tangan-tangan manusia (kerangen tua, bhs. Karo).
Bagi warga desa yang sudah lebih dahulu ada di sekitar kawasan relokasi ini memang dipercaya bahwa sosok gaib beru Ginting sebagai penghuni atau penunggu kawasan ini. Bahkan ada batang kayu di sekitar kawasan relokasi itu yang dipercaya oleh warga sekitar sebagai kayu si beru Ginting.
Begitulah cerita rakyat dan legenda. Sesuai konteks budaya dan zamannya, pesan moral dan kearifan lokal dalam cerita rakyat berfungsi sebagai penjaga kelestarian alam dan lingkungan.Â
Sebab tempat-tempat yang diyakini sebagai persemayaman para tokoh dalam cerita sering kali dikeramatkan dan dipandang sakral.
Bagi generasi selanjutnya yang hidup di masa kini, pengenalan terhadap kehidupan kontekstual para leluhur sesuai zamannya kiranya bermanfaat untuk kita bisa lebih menghargai kearifan yang membuat alam dan lingkungan sekitarnya masih terjaga hingga kini.
Lagi pula, bukan merupakan hal yang aneh bila kita menemukan manfaat praktis lainnya sebagaimana hubungan yang erat antara cerita rakyat atau legenda dengan pariwisata. Misalnya, bagaimana wisata candi Prambanan, candi Sewu, situs Ratu Baka, patung Dewi Durga di Jawa Tengah dihubungkan dengan legenda tentang Roro Jonggrang.
Atau bagaimana wisata ke gunung Tangkuban Parahu yang dihubungkan dengan legenda tentang Sangkuriang dan Dayang Sumbi. Bagaimana pun, kawasan Siosar kini sedang menggeliat menjadi objek wisata primadona di Tanah Karo.