Sajian ini lebih berfungsi sebagai wujud penghormatan ke pihak-pihak yang patut dihormati dalam sebuah pesta adat. Nasi dikemas dengan wadah anyaman pandan yang disebut sumpit dan lauknya dikemas di dalam ruas bambu yang dilapisi dan ditutup dengan daun pisang.
Setelah nakan pengadati disajikan, berduyun-duyun anak beru akan membentuk rantai manusia untuk mengangsur penyajian piring-piring dari dapur ke tengah pesta adat. Lalu datang orang-orang yang membawa keranjang berisi nasi hangat yang ditanak dengan kukusan besar. Kemudian datang lagi orang-orang yang membawa ember-ember plastik berisi lauk dan sayur berkuah yang masih panas mengepul karena baru diangkat dari kuali besar.
Apa yang kita makan bisa saja merupakan pantangan bagi orang lain di saat yang sama, dan cara kita menyajikan makanan bisa jadi merupakan sesuatu yang dipandang rentan oleh orang lain di belahan bumi yang lain. Namun, di mana-mana makan dan makanan adalah cara dan sarana manusia untuk merayakan kehidupan, untuk hidup kita pun perlu makan.
Di antaranya ada adat dan adab dalam menyiapkan, menyajikan, dan menyantap makanan. Suka atau tidak, di mana bumi dipijak di situlah langit dijunjung. Sebab, lain ladang lain belalang, lain lubuk lain ikannya.
Mejuah-juah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H