Riwayat kekuasaan kerajaan Pagaruyung bertahan selama lima abad. Kerajaan ini mengalami kemunduran hingga akhirnya runtuh karena peristiwa perang Padri.
Baca juga: Dari Kabanjahe ke Lubuk Basung, Sepotong Catatan dari Ruas Jalan Lintas Barat Sumatera
Perang Padri merupakan peperangan di wilayah Kerajaan Pagaruyung pada rentang tahun 1803-1838 yang berawal dari adanya perbedaan prinsip antara kaum Padri dan kaum adat Sumatra Barat terkait agama. Sultan Alam Bagagarsyah merupakan raja terakhir kerajaan Pagaruyung.
Bangunan Istana Pagaruyung yang berdiri saat ini bukanlah bangunan asli. Bangunan aslinya berada di Bukit Batu Patah.
Bangunan aslinya habis terlahap api saat terjadinya kebakaran pada tahun 2007. Oleh pemerintah daerah setempat bangunan Istana Pagaruyung ini telah direnovasi dan ditetapkan sebagai cagar budaya. Bahan bangunan ini sebagian besar terbuat dari kayu, anyaman bambu, dan atapnya dari ijuk.
Tiga Tingkatan Bangunan Istano Rajo Basa Pagaruyung
Bangunan Istana Pagaruyung memiliki tiga tingkat yang masing-masing berbeda fungsinya. Lantai satu atau tingkat paling bawah berupa sebuah ruang besar dengan singgasana raja pada bagian tengahnya. Fungsinya adalah sebagai area aktivitas utama pemerintahan kerajaan.
Lantai dua atau tingkat kedua adalah ruang bagi para putri raja yang belum menikah. Dengan jendelanya yang besar-besar, sangat nyaman menikmati pemandangan sekitar halaman istana dari lantai dua ini.
Lantai tiga atau tingkat yang paling atas disebut juga dengan anjung peranginan. Ini merupakan tempat raja dan permaisurinya bersantai sambil menikmati pemandangan sekitar istana. Selain itu, tingkat yang paling atas ini juga berfungsi sebagai bilik penyimpanan senjata pusaka kerajaan.