Mohon tunggu...
Teopilus Tarigan
Teopilus Tarigan Mohon Tunggu... ASN - Pegawai Negeri Sipil

Pro Deo et Patria

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Dari Kabanjahe ke Lubuk Basung, Sepotong Catatan dari Ruas Jalan Lintas Barat Sumatera

17 Februari 2022   22:50 Diperbarui: 27 Februari 2022   07:00 1774
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Panorama persawahan di pinggiran Sipirok, ruas Jalan Lintas Barat Sumatera (Dokumentasi Pribadi)

Nama Padang Sidimpuan berasal dari frasa "Padang na dimpu" dalam bahasa Batak Angkola. Padang artinya hamparan atau kawasan luas, na artinya yang, dan dimpu artinya tinggi.

Jadi, Padang Sidimpuan bisa diartikan "hamparan luas yang berada di tempat yang tinggi". Pada zaman dahulu daerah ini merupakan tempat persinggahan para pedagang dari berbagai daerah, seperti pedagang ikan dan garam dari Sibolga, Panyabungan, dan Padang Bolak (sekarang termasuk wilayah Padang Lawas Utara).

Apakah ada hubungan nama Padang Sidimpuan, daerah di sebelah Selatan Sumatera Utara yang setelah Mandailing Natal merupakan daerah terdekat dengan bagian sebelah Utara Sumatera Barat yang beribu kota Padang? Bentuk khas atap rumah adat Tapanuli yang semakin ke Selatan semakin mirip dengan atap rumah adat Minangkabau di Sumatera Barat bisa jadi adalah salah satu indikasi kedekatan hubungan itu.

Kota Padang Sidimpuan dibangun pertama kali sebagai benteng pada tahun 1821 oleh pasukan Padri yang dipimpin oleh Tuanku Lelo. 

Perang Padri merupakan peperangan di wilayah Kerajaan Pagaruyung, Sumatera Barat, pada rentang tahun 1803-1838 yang berawal dari adanya perbedaan prinsip antara kaum Padri dan kaum adat Sumatera Barat terkait agama.

Perang Padri pertama melibatkan suku Minang, yang mayoritas mendiami Sumatera Barat, dan suku Mandailing, yang mayoritas mendiami Padang Sidimpuan, Tapanuli Selatan, Sumatera Utara. 

Salah satu pengaruh pasukan Padri ini pada kota bentukan mereka terkait keberadaan agama Islam yang dianut oleh mayoritas penduduk kota Padang Sidimpuan.

Namun, dalam perjalanannya kaum Padri dan kaum adat bersatu dalam Perang Padri kedua melawan penjajahan Belanda di bawah pimpinan Tuanku Imam Bonjol. Hingga akhirnya dia ditangkap oleh Belanda pada tahun 1837.

Orang-orang Minang sudah merantau ke Padangsidimpuan sejak masa Perang Padri. Terutama pada masa sebelum kemerdekaan, banyak ulama dan guru dari etnis Minangkabau Sumatera Barat yang mengajar di Padang Sidimpuan.

Ini menjadi penjelasan mengapa di Padangsidimpuan bisa berdiri Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan (UMTS) yang merupakan universitas swasta terbesar di daerah Tapanuli bagian selatan. Bahkan terbesar kedua di Sumatera Utara setelah kota Medan.

Ketika melewati Kabupaten Mandailing Natal, Sumatera Utara, kita pun akan melintasi desa Tambangan, Lumban Pasir, di mana terdapat sebuah pondok pesantren Darul Ulum Muara Mais Jambur. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun