Anyaman helai rotan berwarna polos dan berwarna hitam selang-seling pada keranjang ini membentuk ornamen khas Karo. Ornamen khas ini merupakan hiasan yang disebut "bunga gundur". Gundur berarti labu air.
Raga dayang sering digunakan menjadi wadah buah-buahan dan aneka hasil bumi lainnya untuk disajikan atau sebagai bingkisan bagi tamu kehormatan. Lebih kurang seperti fungsi wadah saat orang kota membikin hampers atau parcel.
Oleh sebab fungsinya sebagai wadah bingkisan, kini ada diproduksi berbagai ukuran raga dayang, mulai dari kecil hingga besar. Pada masa lalu raga dayang berfungsi sebagai tempat pakaian yang dibawa oleh wanita saat bepergian atau tempat barang keperluan lainnya saat berbelanja, kurang lebih seperti fungsi tas.
Sampai kini raga dayang ini masih banyak dipakai terutama di kalangan wanita Tanah Karo. Raga dayang yang sudah agak kumal dan tua tak jarang dipakai juga oleh ibu-ibu menjadi tempat mereka menyimpan sirih dan kelengkapannya. Termasuk juga sebagai tas ke ladang, hehe.
Raga dayang yang digunakan oleh Presiden Jokowi saat memetik jeruk pada hari ini sudah pasti sebagai wujud penghargaan dan penghormatan atas kedatangan dan kepeduliaannya kepada warga desa di LMD khususnya dan Tanah Karo umumnya. Apalagi ada tulisan "RI 1 Joko Widodo" yang dianyam pada pegangan keranjang. Tentu itu khusus sebagai bentuk ungkapan kecintaan masyarakat kepada dirinya.
Ada rasa bangga mana kala simbol falsafah hidup dan seni budaya kita dikenakan oleh orang nomor satu di republik ini. Maka tidak mengherankan, mana kala orang seperti ibu Erna menangis haru meskipun hanya sekadar menatap helikopter geladi yang akan membawa presiden datang ke desanya.
Berdasarkan pengalaman, banyak produk yang setelah dikenakan atau digunakan oleh presiden ikut terdongkrak promosinya, setidaknya hingga tingkat nasional. Bukan tidak mungkin setelah ini, raga dayang akan semakin dicari dan dicintai, bahkan oleh anak-anak muda Tanah Karo sendiri.
Selain akan memberikan manfaat bagi para pelaku UMKM pengrajin raga dayang, kecintaan terhadap produk-produk khas daerah juga akan mendongkrak kesejahteraan masyarakat daerah secara umum.
Simbolisasi keindahan dalam raga dayang juga dimaknai melalui tiga kata dalam bahasa Karo, yakni mejile, mehaga, dan metunggung. Secara berturut-turut ketiga kata itu berarti cantik, anggun, dan serasi.
Simbolisasi ini diangkat ke dalam sebuah lagu rohani berbahasa Karo dengan judul "Raga Dayang" ciptaan Deli Saverino Sitepu, dinyanyikan dan dipopulerkan oleh Dyva Yulisda Br Purba.