Mohon tunggu...
Teopilus Tarigan
Teopilus Tarigan Mohon Tunggu... ASN - Pegawai Negeri Sipil

Pro Deo et Patria

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Mengenal Lebih Dekat "Raga Dayang", Saat Presiden Jokowi Memetik Jeruk di Tanah Karo

4 Februari 2022   22:26 Diperbarui: 6 Februari 2022   09:47 3730
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden Joko Widodo saat memetik jeruk di Liang Melas Datas, Kabupaten Karo, Sumatera Utara, Jumat (4/2/2022)/ Foto: Biro Pers Sekretariat Presiden

Sebagaimana dilansir dari Kompas.id, Kamis (3/2/2022), Erna sampai menangis melihat ada helikopter terbang di atas desanya saat uji coba penerbangan helikopter dilakukan. "Itulah, saking lama kali desa kami ini tidak diperhatikan," kata Erna.

Erna adalah salah seorang warga desa Kutambelin, Kecamatan Laubaleng, Kabupaten Karo. Desa ini merupakan salah satu desa yang termasuk kawasan yang disebut sebagai Liang Melas Datas (LMD).

Itu adalah sebuah kawasan di Kabupaten Karo yang berjarak sekitar 78 km dari Kabanjahe, ibu kota Kabupaten Karo. Desa-desa yang termasuk dalam kawasan ini letaknya di lereng-lereng pegunungan.

Membutuhkan waktu sekitar dua jam lebih dari Kabanjahe melintasi jalan lintas Sumatera yang menuju arah ke Kutacane, Aceh, hingga tiba di pintu masuk kawasan LMD.

Pada Jumat (4/2/2022) ini, Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo, berkesempatan hadir ke desa ini. Ini merupakan kunjungan balasan presiden setelah kedatangan beberapa orang petani jeruk dari LMD yang menyampaikan aspirasinya ke istana negara, Jakarta, sambil membawa buah tangan satu truk jeruk manis pada 6 Desember 2021 yang lalu.

Tentu ada rasa bangga di hati warga Tanah Karo atas kunjungan presiden ini. Tentu saja jauh lebih berbahagia lagi adalah warga LMD yang diperhatikan langsung oleh presiden. Ada rasa bahagia, bangga dan haru mana kala beliau mengenakan tanda kebesaran kain tenun tradisional Karo, uis beka buluh, yang tersampir di pundaknya.

Pak Jokowi mengunjungi ladang salah seorang warga desa untuk menyaksikan proses panen dan ikut memetik buah jeruk langsung dari pohonnya. Sebagaimana biasanya, banyak hal dari dan di sekitar Pak Jokowi dalam setiap kegiatan dan kunjungannya ke berbagai daerah yang menarik untuk diulas.

Kali ini kita akan mengenali lebih dekat keranjang yang dipakai pak Jokowi saat memetik buah jeruk di ladang warga LMD itu. Keranjang itu diberi nama raga dayang.

Presiden Joko Widodo saat memetik jeruk di Liang Melas Datas, Kabupaten Karo, Sumatera Utara, Jumat (4/2/2022)/ Foto: Biro Pers Sekretariat Presiden
Presiden Joko Widodo saat memetik jeruk di Liang Melas Datas, Kabupaten Karo, Sumatera Utara, Jumat (4/2/2022)/ Foto: Biro Pers Sekretariat Presiden

Raga dayang adalah keranjang bernilai seni yang merupakan anyaman khas Karo. Raga dayang dianyam dari helai-helai rotan dengan bentuk melingkar dengan dasar berbentuk segi empat.

Anyaman helai rotan berwarna polos dan berwarna hitam selang-seling pada keranjang ini membentuk ornamen khas Karo. Ornamen khas ini merupakan hiasan yang disebut "bunga gundur". Gundur berarti labu air.

Raga dayang digunakan Presiden Jokowi saat memetik jeruk di LMD, Tanah Karo, Sumatera Utara/ Foto:Biro Pers Sekretariat Presiden 
Raga dayang digunakan Presiden Jokowi saat memetik jeruk di LMD, Tanah Karo, Sumatera Utara/ Foto:Biro Pers Sekretariat Presiden 

Raga dayang sering digunakan menjadi wadah buah-buahan dan aneka hasil bumi lainnya untuk disajikan atau sebagai bingkisan bagi tamu kehormatan. Lebih kurang seperti fungsi wadah saat orang kota membikin hampers atau parcel.

Oleh sebab fungsinya sebagai wadah bingkisan, kini ada diproduksi berbagai ukuran raga dayang, mulai dari kecil hingga besar. Pada masa lalu raga dayang berfungsi sebagai tempat pakaian yang dibawa oleh wanita saat bepergian atau tempat barang keperluan lainnya saat berbelanja, kurang lebih seperti fungsi tas.

Sampai kini raga dayang ini masih banyak dipakai terutama di kalangan wanita Tanah Karo. Raga dayang yang sudah agak kumal dan tua tak jarang dipakai juga oleh ibu-ibu menjadi tempat mereka menyimpan sirih dan kelengkapannya. Termasuk juga sebagai tas ke ladang, hehe.

Raga dayang yang digunakan oleh Presiden Jokowi saat memetik jeruk pada hari ini sudah pasti sebagai wujud penghargaan dan penghormatan atas kedatangan dan kepeduliaannya kepada warga desa di LMD khususnya dan Tanah Karo umumnya. Apalagi ada tulisan "RI 1 Joko Widodo" yang dianyam pada pegangan keranjang. Tentu itu khusus sebagai bentuk ungkapan kecintaan masyarakat kepada dirinya.

Ada rasa bangga mana kala simbol falsafah hidup dan seni budaya kita dikenakan oleh orang nomor satu di republik ini. Maka tidak mengherankan, mana kala orang seperti ibu Erna menangis haru meskipun hanya sekadar menatap helikopter geladi yang akan membawa presiden datang ke desanya.

Berdasarkan pengalaman, banyak produk yang setelah dikenakan atau digunakan oleh presiden ikut terdongkrak promosinya, setidaknya hingga tingkat nasional. Bukan tidak mungkin setelah ini, raga dayang akan semakin dicari dan dicintai, bahkan oleh anak-anak muda Tanah Karo sendiri.

Selain akan memberikan manfaat bagi para pelaku UMKM pengrajin raga dayang, kecintaan terhadap produk-produk khas daerah juga akan mendongkrak kesejahteraan masyarakat daerah secara umum.

Simbolisasi keindahan dalam raga dayang juga dimaknai melalui tiga kata dalam bahasa Karo, yakni mejile, mehaga, dan metunggung. Secara berturut-turut ketiga kata itu berarti cantik, anggun, dan serasi.

Simbolisasi ini diangkat ke dalam sebuah lagu rohani berbahasa Karo dengan judul "Raga Dayang" ciptaan Deli Saverino Sitepu, dinyanyikan dan dipopulerkan oleh Dyva Yulisda Br Purba.


Berikut adalah lirik lagunya:

"Raga Dayang"

#1 

raga dayang
raga dayang, raga dayang
mejile dingen mehaga
metunggung baban ku tiga
bage pe ku kerja-kerja

Secara singkat, lirik bait pertama pada lagu ini merupakan sampiran. Terjemahnnya: raga dayang yang cantik dan anggun, serasi untuk dibawa ke pasar atau ke pesta-pesta.

 #2

bunga ncole
bunga ncole, bunga ncole
mejile bage rupana
terjeng tatapen ngenca
i tengah sabah terulang

Sementara itu, lirik bait kedua ini merupakan perbandingan dalam metafora alam. Terjemahannya: bunga lili, cantik rupanya, tapi hanya untuk sebatas ditatap, tumbuhnya di tengah sawah yang telah terbengkalai.

#3

kata Dibata mehuli di pakeken
la mela ibaba baba
meramis pagi buahna
adi i suanken
ibas pusuh si mehumur
la terjeng biber saja
la terjeng biber saja

Sedangkan, lirik bait ketiga ini merupakan isi lagu. Terjemahannya: Firman Tuhan baik bila dilakukan. Tidak membuat malu pabila dikenakan, akan berbuah lebat bila ditabur di hati yang subur, tidak hanya sekadar di bibir saja.

Nama itu mungkin hanya sebatas tulisan pada pegangan sebuah keranjang anyaman sederhana. Tapi di sana ada banyak doa dan harapan tulus, sebagian besarnya mungkin dipanjatkan dalam pejam mata bangga dan haru.

Terima kasih, Pak Presiden.

Salam Mejuah-juah, dari kami orang-orang sederhana yang mencintai dan menaruh hormat kepadamu.

Pojok Baca:

Setelah ke Istana Presiden, Jeruk Liang Melas Datas Lebih Cepat sampai Pelanggan

Akhirnya, Jokowi Sampai Juga di Liang Melas Datas, Desa yang Mengiriminya 3 Ton Jeruk ke Istana

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun