Mohon tunggu...
Teopilus Tarigan
Teopilus Tarigan Mohon Tunggu... ASN - Pegawai Negeri Sipil

Pro Deo et Patria

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Potret Sunyi Desa Berastepu, Ditinggalkan Akibat Erupsi Gunung Sinabung

7 Januari 2022   23:38 Diperbarui: 8 Januari 2022   11:12 1866
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Susunan bangunan bertingkat yang berjejer sepanjang jalan menandakan bahwa bangunan-bangunan ini selain menjadi hunian tempat tinggal adalah juga tempat melakukan niaga, ada kedai kopi, grosir, warung, dlsb.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi

Halaman luas di depan salah satu bangunan bertingkat menjadi semacam alun-alun desa. Konon kata teman saya yang ibunya berasal dari desa ini di mana ia juga sering kemari pada masa kecilnya, pelataran yang mirip alun-alun itu, dulunya berfungsi sebagai terminal bus angkutan yang bermerek "Sinabung Jaya".

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi

Pada saat kami berkeliling mengambil foto bersama teman saya itu, kami berpapasan dengan pasangan laki-laki dan perempuan yang sedang memungut barang rongsokan. Mereka tampak kumal, tapi karena mereka sibuk memunguti barang rongsokan kami tidak mau mengganggunya.

Bila saja saat kami berpapasan tanpa mereka mengumpuli barang-barang rongsokan dari rumah-rumah yang terbengkalai itu mungkin situasinya akan menjadi lain. Bahkan ada sumber kehidupan di tengah puing-puing rongsokan.

Akhir Kata

Menjalani hari-hari di tahun yang baru berjalan seminggu ini, marilah kita berdoa kiranya kita semua dijauhkan dari bencana. Bencana memberikan sebuah permenungan kepada kita, bahwa hidup ini hanyalah sementara. Semua yang ada menjadi tiada artinya dalam sekejap bila bencana melanda.

Istri seorang teman saya, yang juga adalah pengungsi Sinabung, yang kini bermukim di sebuah kawasan relokasi berkata pada suatu ketika: "Aku mengangkat karung kosong dan menengadah ke langit, 'beras kami sudah habis Tuhan.' Aku berdoa sambil menangis."


Di dunia tidak ada yang abadi
Lika liku kehidupan sukar untuk dipahami
Rancangan-Mu bukanlah rancanganku
Tapi bila sesuatu terjadi, kupercaya semua itu untuk kebaikanku

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun