Mohon tunggu...
Teopilus Tarigan
Teopilus Tarigan Mohon Tunggu... ASN - Pegawai Negeri Sipil

Pro Deo et Patria

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Potret Sunyi Desa Berastepu, Ditinggalkan Akibat Erupsi Gunung Sinabung

7 Januari 2022   23:38 Diperbarui: 8 Januari 2022   11:12 1866
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

"Nothing is constructed except at the price of an equivalent destruction." --- de Chardin.

Tidak ada yang dibangun tanpa harga sebagai sebuah kerusakan yang sebanding. Kira-kira begitulah terjemahannya.

Dikutip dari novel "Nyanyian Gurukinayan" karangan Albert Purba, yang juga seorang kompasianer, kutipan de Chardin di atas dimaknai sebagai "keindahan dibangun di atas kehancuran yang lain". Artikel yang ditulis oleh kompasianer Albert Purba dapat dibaca di sini.

Novel ini bercerita tentang kisah seorang tokoh bernama Nasib. Ia adalah seorang aktivis gereja yang berasal dari sebuah desa bernama Gurukinayan, yang harus mengungsi akibat erupsi Gunung Sinabung.

Tidak berhenti sampai di situ, ia kehilangan istri dan anak laki-lakinya, putrinya juga menjadi seorang tunanetra. Novel ini menceritakan perjuangan Nasib untuk bisa memulihkan kepercayaanya kepada Tuhan, bangkit dari penderitaannya, kembali  mengenal dan mencintai dirinya, mencintai Tanah Karo, termasuk mencintai Gunung Sinabung yang pernah memberi sekaligus merampas kebahagiaannya.

Kover Novel
Kover Novel "Nyanyian Gurukinayan" karangan Albert Purba (Dok. Pribadi)

Kita akan melihat sebuah gambaran tentang kedahsyatan Gunung Sinabung yang bisa menghadirkan keindahan dan kehancuran sekaligus. Namun, kali ini bukan di desa Gurukinayan melainkan di desa Berastepu, dengan gambaran yang kurang lebih sama.

Disadur dari novel ini, sunyi dan sepi adalah teman sejati manusia. Ketika teman dan orang lain pergi secepat kilat, sunyi dan sepi malah hadir dan setia menemani.

Sunyi dan sepi hadir dalam kebisuan, tapi melaluinya manusia bisa mendengar suara hatinya. Kata bijak yang membawa hikmat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun