Mohon tunggu...
Teopilus Tarigan
Teopilus Tarigan Mohon Tunggu... ASN - Pegawai Negeri Sipil

Pro Deo et Patria

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Jalan-jalan ke Masjid Tertua di Tanah Karo, Merawat yang Terlupakan

4 Januari 2022   23:30 Diperbarui: 5 Januari 2022   21:16 4482
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Teras Masjid Lama Kabanjahe bercorak Melayu (Dokumentasi Pribadi)

Dulunya, lokasi sekitar masjid ini, yang kini menjadi kawasan pasar buah dan sayuran, merupakan kawasan hutan. Jadi, pembangunan masjid pada masa itu menggunakan papan yang diolah dari kayu-kayu hutan di sekitar lokasi masjid.

Pembangunan Masjid Lama Kabanjahe ini juga didukung oleh Tuanku Abdul Aziz, Sultan Langkat pada masa itu, dengan menyumbangkan uang sebesar Rp250. Jumlah yang mungkin sangat besar pada masa itu.

Hal ini menjelaskan mengapa bangunan masjid ini bercorak Melayu. Mulai dari atapnya yang berbentuk limas dan berundak, bukan berbentuk kubah sebagaimana umumnya bangunan masjid yang dibangun pada masa sekarang.

Atap bangunan Masjid Lama Kabanjahe (Dokumentasi Pribadi)
Atap bangunan Masjid Lama Kabanjahe (Dokumentasi Pribadi)

Motif resplang bangunan masjid juga bercorak teras-teras rumah Melayu. Obrolan kami bersama Muhammad Siddik Surbakti sebagai nazir masjid berlangsung santai dan hangat di teras masjid yang berlanggam Melayu ini.

Teras Masjid Lama Kabanjahe bercorak Melayu (Dokumentasi Pribadi)
Teras Masjid Lama Kabanjahe bercorak Melayu (Dokumentasi Pribadi)

Teras Masjid Lama Kabanjahe (Dokumentasi Pribadi)
Teras Masjid Lama Kabanjahe (Dokumentasi Pribadi)

Suasana khusyuk di dalam Masjid (Dokumentasi Pribadi)
Suasana khusyuk di dalam Masjid (Dokumentasi Pribadi)

Sebagai sesama putra Karo, saat ngobrol di teras Masjid berlanggam Melayu ini, kami mensyukuri salah satu rahmat Tuhan bagi Tanah Karo. Bahwa kerukunan umat beragama tetap terjaga di Tanah Karo hingga hari ini.

Tetaplah kiranya kerukunan itu terjaga dan lestari selama hayat dikandung badan. Biarlah kemarin luput dari perhatian, tapi janganlah sampai salah satu saksi sejarah kerukunan umat beragama di Nusantara ini menjadi terlupakan.

Saya pamit ke Pak Siddik, sambil kami saling berbalas mengucapkan, Mejuah-juah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun