Mohon tunggu...
Teopilus Tarigan
Teopilus Tarigan Mohon Tunggu... ASN - Pegawai Negeri Sipil

Pro Deo et Patria

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Natal Istimewa di Gereja Kayu, Bersama Awan dan Cahaya

26 Desember 2021   10:16 Diperbarui: 26 Desember 2021   10:34 402
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Semburat berkas cahaya mentari pagi menyinari ladang warga di Siosar (Dok. Pribadi)

"Karena itu, saudara-saudara, bersabarlah sampai kepada kedatangan Tuhan! Sesungguhnya petani menantikan hasil yang berharga dari tanahnya dan ia sabar sampai telah turun hujan musim gugur dan hujan musim semi. 5:8 Kamu juga harus bersabar dan harus meneguhkan hatimu, karena kedatangan Tuhan sudah dekat!"

Ibadah Natal di Gereja Kayu bersama jemaat yang istimewa ini memberikan permenungan bahwa penderitaan dan kesusahan dalam hidup memang membawa pengajaran berlipat-lipat dalam kehidupan manusia.

Sudah susah akibat harus mengungsi dan pindah sama sekali dari kampung halaman, kemudian harus bekerja lebih keras mengolah tanah di tempat yang tanamannya menghasilkan sesuatu lebih lama dari tanaman di kampung yang dulu.

Sebuah proses yang menuntut lebih banyak kesabaran dan keteguhan hati biasanya menghasilkan sesuatu yang lebih berkualitas dan bernilai tinggi.

Sebab itulah Natal di Gereja Kayu terasa menjadi istimewa. Jemaat dalam persembahan dan puji-pujiannya menempuh sebuah proses yang menuntut lebih banyak kesabaran dan keteguhan hati.

Apa pun hasilnya pada saat perayaan Natal itu adalah pujian bagi nama Tuhan. Seperti Yesus yang lahir dengan mengambil rupa sebagai manusia dalam sosok seorang hamba.

Semata-mata hanya untuk mendekatkan diriNya yang kudus dengan manusia yang berdosa. Selamat natal dari negeri di atas awan.

Kiranya damai sejahtera yang melampaui segala akal akan  senantiasa memelihara hati dan pikiran kita, dan membawa damai sejahtera  turun bersemayam di antara kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun